بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Setelah beberapa saat tiba di Quba, Abu
Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam, yang masih saudara sepupunya datang
membawa kabar beita bahwa ibunya bersumpah tidak akan menyisir rambutnya dan
menghindari matahari hingga ibunya bertemu dengan anaknya, Ayyasy bin Abu
Rabi’ah.
Namun, tentu saja sebagai sahabat yang
baik, Umar bin Al-Khattab mengingatkannya, “Wahai Ayyasy, sepertinya engkau percaya dengan
mereka. Demi Allah, mereka hanya ingin engkau kembali agar mereka bisa
memalingkanmu dari agamamu. Jika ia temukan kutu di rambutnya, ia pasti akan
menyisir rambutnya. Dan jika Mekkah terlalu panas, ia pasti akan berteduh.”
Ayyasy bin Abu Rabi’ah pun mengomentari pembelaan Umar, “Menurutku mereka tidak berbohong
karena ibuku mencintaiku lebih dari orang lain. Itulah sebabnya aku akan
kembali agar sumpah ibuku tercapai, sekaligus aku akan mengambil hartaku yang
kutinggalkan di Mekkah.”
Umar bin Al-Khattab yang melihat Ayyasy
bin Abu Rabi’ah percaya dengan tipu muslihat mereka, berkata kepadanya
sekaligus ini merupakan peringatan terakhir, “Aku akan memberimu setengah dari hartaku,
tetapi janganlah engkau ikut bersamanya.”
Ayyasy bin Abu Rabi’ah yang merasa
kebingungan akhirnya memilih untuk kembali agar bisa melihat ibunya dan berniat
ingin membawa harta bendanya dari Mekkah. Ia sangat mencintai ibunya
sebagaimana ibunya mencintai anaknya. Ia pun berkata kepada Umar bin
Al-Khattab, “Aku
akan kembali bersama mereka dan aku percayakan urusanku kepada Allah.”
Umar bin Al-Khattab pun menyerah dan tidak
bisa berbuat apa-apa lagi atas pendirian Ayyasy bin Abu Rabi’ah. ia pun
memberikan saran, “Jika
engkau memutuskan untuk pergi, bawalah unta betina milikku karena larinya
cepat. Dan engkau harus tetap berada di belakang mereka. Jika engkau mencurigai
apa pun, engkau bisa kabur bersamanya.”
Akhirnya Ayyasy bin Abu Rabi’ah pun
mengucapkan kata perpisahan kepada Umar bin Al-Khattab dan kembali ke Mekkah
bersama Abu Jahal dan Al-Harits bin Hisyam.
Mereka bertiga kembali ke Mekkah. Dan
seperti yang dikhawatirkan oleh Umar bin Al-Khattab, Abu Jahal dan Al-Harits
bin Hisyam memperdaya Ayyasy, tidak lama setelah mereka meninggalkan batas kota
Madinah. Abu Jahal berkata, “Wahai
keponakanku, demi Allah, untaku ini sudah sangat kepayahan. Maukah engkau
memboncengkan aku di punggung untamu?”
“Boleh!!” Kata
Ayyasy, tanpa prasangka apapun.
Kemudian ia menderumkan untanya, dan Abu
Jahal naik di belakang Ayyasy. Tetapi seketika itu ia mendekap tubuh Ayyasy
dengan erat, dan Hisyam mengeluarkan tali yang telah dipersiapkannya, dan
mengikat Ayyasy dengan erat.
Mengenai ini, Ibnu
Ishaq berkata, "Kemudian Umar bin
Khaththab dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah Al-Makhzumi keluar dari Makkah dan tiba di
Madinah."
Nafi', mantan budak Abdullah bin Umar berkata kepadaku dari Abdullah bin Umar dari ayahnya, Umar bin Khaththab yang berkata, "Ketika kami ingin hijrah ke Madinah, aku, Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash bin Wail As-Sahmi sepakat bertemu di Tanadhub, anak sungai di atas Sarif. Kami berkata, 'Jika salah seorang dari kita besok pagi tidak berada di tempat tersebut, berarti ia tertahan dan hendaklah dua orang lainnya berangkat ke Madinah.' Keesokan harinya, aku dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah berada di Tanadhub. Namun, Hisyam bin Al-Ash tidak bisa datang ke tempat tersebut, karena ia disiksa.
Ketika kami tiba di Madinah, kami berhenti di Bani Amr bin Auf di Quba'. Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam berangkat ke Madinah untuk menemui Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ayyasy bin Abu Rabi'ah adalah paman keduanya dan saudara seibu keduanya.
Nafi', mantan budak Abdullah bin Umar berkata kepadaku dari Abdullah bin Umar dari ayahnya, Umar bin Khaththab yang berkata, "Ketika kami ingin hijrah ke Madinah, aku, Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash bin Wail As-Sahmi sepakat bertemu di Tanadhub, anak sungai di atas Sarif. Kami berkata, 'Jika salah seorang dari kita besok pagi tidak berada di tempat tersebut, berarti ia tertahan dan hendaklah dua orang lainnya berangkat ke Madinah.' Keesokan harinya, aku dan Ayyasy bin Abu Rabi'ah berada di Tanadhub. Namun, Hisyam bin Al-Ash tidak bisa datang ke tempat tersebut, karena ia disiksa.
Ketika kami tiba di Madinah, kami berhenti di Bani Amr bin Auf di Quba'. Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam berangkat ke Madinah untuk menemui Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Ayyasy bin Abu Rabi'ah adalah paman keduanya dan saudara seibu keduanya.
Abu
Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam tiba di Madinah pada saat Rasulullah
masih di Mekkah. Keduanya berbicara dengan Ayyasy bin Abu Rabi'ah. Keduanya
berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, 'Sesungguhnya
ibumu bernazar, bahwa sisir tidak menyentuh rambutnya hingga ia melihatmu dan
ia tidak akan berteduh dari matahari hingga melihatmu.'
Mendengar perkataan mereka, Ayyasy bin Abu Rabi'ah terketuk hatinya. Aku
(Umar bin Khaththab) berkata kepada Ayyasy, 'Wahai
Ayyasy, demi Allah, sesungguhnya orang-orang Quraisy hanya ingin mengeluarkanmu
dari agamamu, maka berhati-hatilah terhadap mereka. Demi Allah, jika ibumu
terganggu oleh kutu, ia pasti menyisir rambutnya dan jika panas matahari Makkah
membara, ia pasti berteduh.'
Ayyasy
bin Abu Rabi'ah berkata, 'Aku akan membersihkan sumpah
ibuku. Di sana, aku mempunyai uang dan aku akan mengambilnya.'
Aku
pun berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, 'Demi Allah,
engkau sudah tahu bahwa aku orang Quraisy yang paling kaya. Engkau aku beri
separuh hartaku dan sebagai gantinya engkau tidak usah pergi bersama Abu Jahal
bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam.'
Ayyasy
bin Abu Rabi'ah tidak menuruti saranku dan ia lebih tertarik pulang bersama Abu
Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam. Ketika ia memutuskan pulang ke
Makkah, aku katakan kepada Ayyasy, 'Jika engkau akan
melaksanakan apa yang engkau inginkan, ambillah untaku ini, karena ia unta yang
handal dan penurut dan tetaplah berada di atas punggungnya. Jika engkau melihat
sesuatu yang mencurigakan pada kaum tersebut, selamatkan dirimu dengan unta
ini.' Kemudian Ayyasy bin Abu Rabi'ah pulang ke Makkah bersama Abu Jahal
bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam.
Ketika mereka bertiga tiba di salah satu jalan, Abu Jahal bin Hisyam berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, 'Demi Allah, wahai saudaraku, sungguh saya keliru dalam memilih untaku ini. Ia tidak bisa membawaku, mengejar untamu.' Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkat, 'Ya betul.' Kemudian Ayyasy bin Abu Rabi'ah menghentikan untanya. Begitu juga Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam menangkap Ayyasy bin Abu Rabi'ah, kemudian keduanya mengikatnya, membawanya masuk Makkah dan menyiksanya."
Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian keluarga Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata kepadaku, ketika Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah masuk Makkah, keduanya membawa Ayyasy masuk Makkah dalam keadaan terikat di malam hari. Keduanya berkata, "Hai orang-orang Makkah, kerjakan seperti inilah terhadap orang-orang yang meninggalkan ajaran nenek moyang di antara kalian, seperti yang kami perbuat terhadapnya."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Nafi' berkata kepadaku dari Abdullah bin Umar dari Umar bin Khattab dalam haditsnya. Umar bin Khaththab berkata, "Kami pernah katakan. 'Allah tidak menerima keadilan dan taubatnya orang yang berubah haluan karena siksaan, yaitu kaum yang mengenal Allah, kemudian ia kembali kepada kekafiran karena cobaan yang menderanya. Para sahabat mengucapkan ungkapan tersebut untuk diri mereka. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka, tentang ucapan kami dan ucapan mereka terhadap diri mereka sendiri,
Ketika mereka bertiga tiba di salah satu jalan, Abu Jahal bin Hisyam berkata kepada Ayyasy bin Abu Rabi'ah, 'Demi Allah, wahai saudaraku, sungguh saya keliru dalam memilih untaku ini. Ia tidak bisa membawaku, mengejar untamu.' Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkat, 'Ya betul.' Kemudian Ayyasy bin Abu Rabi'ah menghentikan untanya. Begitu juga Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam menangkap Ayyasy bin Abu Rabi'ah, kemudian keduanya mengikatnya, membawanya masuk Makkah dan menyiksanya."
Ibnu Ishaq berkata bahwa sebagian keluarga Ayyasy bin Abu Rabi'ah berkata kepadaku, ketika Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam membawa Ayyasy bin Abu Rabi'ah masuk Makkah, keduanya membawa Ayyasy masuk Makkah dalam keadaan terikat di malam hari. Keduanya berkata, "Hai orang-orang Makkah, kerjakan seperti inilah terhadap orang-orang yang meninggalkan ajaran nenek moyang di antara kalian, seperti yang kami perbuat terhadapnya."
Ibnu Ishaq berkata bahwa Nafi' berkata kepadaku dari Abdullah bin Umar dari Umar bin Khattab dalam haditsnya. Umar bin Khaththab berkata, "Kami pernah katakan. 'Allah tidak menerima keadilan dan taubatnya orang yang berubah haluan karena siksaan, yaitu kaum yang mengenal Allah, kemudian ia kembali kepada kekafiran karena cobaan yang menderanya. Para sahabat mengucapkan ungkapan tersebut untuk diri mereka. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, Allah Ta'ala menurunkan ayat tentang mereka, tentang ucapan kami dan ucapan mereka terhadap diri mereka sendiri,
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا
عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ
يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS:Az-Zumar | Ayat: 53
QS:Az-Zumar | Ayat: 53
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ
وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا
تُنْصَرُونَ
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi).
QS:Az-Zumar | Ayat: 54
QS:Az-Zumar | Ayat: 54
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا
أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ
بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak
menyadarinya,
QS:Az-Zumar | Ayat: 55
QS:Az-Zumar | Ayat: 55
Ayat
tersebut turun karena Ayyasy bin Abu Rabi’ah menuruti
kemauan mereka untuk kembali murtad. Hal yang sama juga terjadi pada Hisyam bin
Ash yang terpaksa murtad karena beratnya siksaan yang ditimpakan kepada mereka.
Dan saat itu ada anggapan, orang yang murtad tidak akan diterima lagi taubatnya
dan tidak berarti lagi keislamannya. Karena itu keduanya selalu dirundung
kesedihan walaupun dalam keadaan bebas bergerak di Makkah.
Tetapi turunlah ayat di atas yang berisi
larangan berputus asa dari Rahmat Allah, bahwa Allah mengampuni semua
dosa-dosa.
Umar mengirim seorang utusan dengan
membawa surat kepada dua sahabatnya itu, yang memberitahukan turunnya
wahyu Allah tersebut. Kemudian keduanya mengikuti utusan Umar tersebut ke
Madinah dengan sembunyi-sembunyi, dan kembali ke pangkuan Islam.
Umar
bin Khaththab berkata, "Surat
di atas aku tulis dengan kedua tanganku dalam lembaran, kemudian aku kirimkan
kepada Hisyam bin Al-Ash. Hisyam bin Al-Ash berkata, 'Ketika
surat tersebut sampai ke tanganku, aku membacanya di Dzi Thawa. Aku segera naik
ke Dzi Thawa membawa surat tersebut. Aku baca surat tersebut, namun aku tidak
bisa memahaminya, hingga aku berkata, 'Ya Allah,
berilah aku pemahaman!' Kemudian Allah Ta'ala memasukkan pemahaman ke dalam hatiku,
bahwa ayat tersebut diturunkan tentang kami, apa yang kami katakan untuk diri
kami dan apa yang diucapkan tentang kami. Aku segera pergi kepada untaku, duduk
di atasnya, kemudian pergi menyusul Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam'."
Sebagian riwayat menyebutkan, mereka berdua tidak sampai murtad, karena
itu mereka diikat dan dipenjarakan di suatu tempat.
Rasulullah pun bersabda kepada para
sahabat, "Siapakah yang
bisa membebaskan Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash untukku?"
Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah
berkata, "Aku, wahai
Rasulullah." Kemudian Al-Walid bin Al-Walid
bin Al-Mughirah berangkat ke Makkah dan tiba di sana dengan diam-diam. Ia
bertemu seorang wanita yang membawa makanan. Ia berkata kepada wanita tersebut,
"Engkau akan pergi ke mana, wahai hamba Allah?"
Wanita tersebut berkata, "Aku akan pergi kepada dua orang yang sedang
ditahan--sambil menyebut nama kedua orang yang ditahan tersebut."
Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah
membuntuti wanita tersebut hingga ia mengetahui tempat dua orang yang ditahan
tersebut. Kedua orang tersebut ditahan di rumah yang tidak ada atapnya. Pada
sore harinya, Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah memanjat rumah kedua orang
yang ditahan tersebut. Ia mengambil kerikil putih dan meletakkannya di bawah
tali pengikat keduanya, kemudian ia tebas tali pengikat keduanya dengan
pedangnya dan ia berhasil memutusnya. Oleh karena itu, pedangnya dinamakan Dzu
Al-Marwah (yang mempunyai kerikil putih).
Setelah itu , Al-Walid bin Al-Walid bin
Al-Mughirah menaikkan Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-Ash ke atas
untanya. Ia tuntun unta yang membawa keduanya hingga ia terjatuh dan jari-jarinya
berdarah. Ia berkata, “Engkau tidak lain adalah jari-jari yang
berdarah. Dan engkau berdarah itu di jalan Allah.”
Akhirnya Al-Walid bin Al-Walid bin Al-Mughirah berhasil membawa keduanya
tiba di Madinah di tempat Rasulullah. Dan mereka pun mendalami agama mereka
dengan penuh kekhusyukan.
Di masa kekhalifahan Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab, Ayyasy bin
Rabi’ah berangkat untuk berjihad di jalan Allah. Ia bersama Al-Harits bin
Hisyam yang dahulu pernah menyekap dan memenjarakannya bersama Abu Jahal, tak
ketinggalan untuk mengikuti momen yang ditunggu-tunggunya. Seperti orang
Qurasiy lainnya, Al-harits bin Hisyam dan Ikrimah bin Abu Jahal ingin menebus
dosa-dosa mereka di masa lampau.
Akhirnya, setelah peperangan yang dahsyat itu selesai dan kemenangan
berada di pihak kaum Muslimin, mereka bertiga, Ayyasy bin Abu Rabi’ah,
Al-Harits bin Hisya, dan Ikrimah terluka parah. Mereka sangat rindu kepada
Rasulullah dan ingin bertemu dengan beliau.
Seseorang
membawakan air kepada Al-Harits bin Hisyam. Ketika air
didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami.
"Berikan dulu
kepada Ikrimah," kata Al-Harits. Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat
Ayyasy bin Rabi’ah menengok kepadanya. "Berikan dulu kepada Ayyasy!" ujarnya. Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah
meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan
Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal pula.
Begitulah keadaan mereka,
sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, hingga
akhirnya mereka semua mati syahid. Itulah
yang terjadi. Mereka rela menderita kehausan sewaktu ruh-ruh mereka melayang.
Inilah contoh teladan yang paling indah tentang pengorbanan dan mendahulukan
kepentingan orang lain. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
0 komentar:
Posting Komentar