بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abu
Al-Ash bin Umayah bin Abdu Syams. Beliau berasal dari Bani Umayah yang
terpandang. Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang pedagang yang dermawan dan
murah hati. Beliau adalah salah seorang yang paling kaya di masa sebelum Islam
dan juga setelah Islam.
Utsman bin Affan memeluk Islam melalui
dakwah Abu Bakar. Utsman adalah sahabat yang masuk Islam di masa awal dakwah,
bahkan termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang pertama kali masuk Islam.
Setelah mengenal Islam lebih dalam, beliau sangat teguh dalam keislamannya.
Utsman bin Affan dikenal sebagai orang
yang lemah lembut namun kuat dalam memegang akidahnya. Hal itu nampak jelas
ketika beliau mengenal hidayah dan kemudian masuk Islam. Ketika beliau masuk
Islam, pamannya, Al-Hakam bin Abu Al-Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata,
“Engkau berpaling dari ajaran leluhurmu dan
beralih ke agama Muhammad?! Demi Allah, aku tidak akan melepasmu untuk
selamanya sampai engkau kembali kepada agamamu semula!” Namun dengan tegas Utsman menjawab, “Demi
Allah, aku tidak akan meninggalkan dan berlepas dari agama Muhammad untuk
selama-lamanya!” Ketika
Al-Hakam melihat keteguhan Utsman terhadap Islam, maka Al-Hakam tidak dapat
berbuat apa-apa lagi dan akhirnya ia pun melepaskannya.
Tidak ada seorang pun dari suku Quraisy
yang memiliki sifat pemurah melebihinya.
Beliau dikenal sebagai seorang sahabat
yang kaya raya dan sangat dermawan. Suatu ketika, kaum Muslimin di Madinah
pernah kekurangan air karena musim kemarau yang panjang dan mereka membutuhkan
penggalian sumur yang banyak airnya.
Rasulullah menyeru kepada kaum Muslimin
untuk membuat sumur seraya bersabda, “Barangsiapa
yang menggali sumur Rumah (nama tempat), maka baginya surga!” Lalu datanglah Utsman untuk membiayai
pembuatan sumur tersebut. (HR. Al-Bukhari)
Pada lain waktu, kota Madihah tertimpa
musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena
kelangkaannya. Di tengah kelangkaan bahan pangan tersebut, datanglah
iringan-iringan kafilah dagang Utsman bin Affan dari negeri Syam, berupa 100
ekor unta yang penuh dengan muatan anggur, minyak dan anggur. Mendengar hal
tersebut, para pedagang dari Madinah serentak mendatangi Utsman untuk membeli
bahan pangan yang dibawanya. Maka Utsman berkata kepada mereka, “Berapa
harga yang kalian mampu untuk membeli barang dagangan tersebut?” Sebagian menjawab, “Kami
mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya!” Utsman bertanya, “Siapa yang
mampu membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya?” Mereka berkata, “Siapa yang
sanggup membeli barang tersebut dengan harga sebesar itu? Ini sungguh harta
yang mencekik!” Maka Utsman
berkata, “Sesungguhnya Allah menjanjikan kepadaku untuk
memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dalam
firman-Nya:
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ
جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala)
sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka
dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang
mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
QS:Al-An'am | Ayat: 160”
QS:Al-An'am | Ayat: 160”
Kemudian beliau melanjutkan perkataannya,
“Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?” Mereka menjawab, “Tidak!” Maka Utsman berkata, “Saksikanlah
oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi para fakir
miskin Madinah!”
Utsman bin Affan adalah sahabat Rasulullah
yang sangat setia dan dengan kedermawanannya, beliau membuktikan kesetiannya
tersebut. Sumbangan harta beliau dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh
Rasulullah tidaklah terhitung.
Selain kedermawanannya yang terkenal,
beliau pun memiliki rasa malu yang sangat kuat. Tidak ada seorang pun yang
memiliki rasa malu yang melebihi rasa malu dari Utsman bin Affan. Hingga
Rasulullah pun malu kepadanya dan bersabda, “Tidaklah aku
merasa malu kepada seorang lelaki yang para malaikat pun merasa malu kepadanya.” (HR. Muslim)
Beliau juga merupakan menanti Rasulullah
karena beliau menikahi dua orang putri Rasulullah (setelah salah satunya
wafat), yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Oleh karena itu, beliau disebut Dzun-Nuurain
(Seorang yang memiliki dua
cahaya), karena kedua putri Rasulullah merupakan istrinya beliau yang bagaikan
cahaya yang menyinari kehidupan.
Beliau juga merupakan seorang yang
memiliki rasa takut yang sangat besar kepada Allah. Salah seorang sahabatnya,
Hani’ yang merupakan mantan budak beliau berkata, “Adalah
Utsman jika berdiri di sisi kubur beliau menangis hingga linangan air matanya
membasahi janggutnya, maka seseorang bertanya kepadanya, ‘Wahai Utsma, mengapa setiap kali disebutkan tentang surga dan
neraka engkau tidak menangis?’ Maka beliau menjawab, ‘Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari berbagai
persinggahan akhirat. Karena itu, barangsiapa yang selamat di dalamnya, maka
urusan sesudahnya akan lebih mudah. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak selamat
di dalamnya, maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit baginya’.’.”
(HR. At-Tirmidzi)
Utsman bin Affan dikenal sebagai orang
yang shaleh dan sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan
berdiri shalat, ruku’, dan sujud . beliau hanya tidur sejenak saja di awal
malam, sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang
Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Utsman
senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau
terkenal sangat banyak membaca Al-Qur’an dan bahkan selalu mengkhatamkannya
setiap tiga hari sekali.”
Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitabnya, Hilyatul
Auliya, dari Sufyan bin
Uyainah bahwa ia berkata, “Utsman bin Affan pernah berkata, ‘Seandainya hati kita suci, niscaya ia tidak akan pernah
kenyang (bosan) membaca kalamullah (Al-Qur’an). Sungguh aku tidak suka apabila
datang suatu hari atau malam sementara aku tidak melihat kalamullah (Al-Qur’an)’.”
Dan bila dilihat dari segi keutamaannya,
kita bisa melihat keutamaannya sebagai berikut:
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, bahwa
ada seorang lelaki dari Mesir datang kepadanya seraya berkata, “Apakah
engkau tahu bahwa Utsman lari pada Perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu kemudian berkata, “Apakah
engkau tahu bahwa ia absen dari Perang Badar dan tidak menghadirinya?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu berkata lagi, “Engkau
tahu bahwa ia absen dari Bai’at Ar-Ridwan dan tidak menyertainya?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu berkata sekali lagi, “Allahu
Akbar.” Ibnu Umar
berkata, “Kemarilah, biarkanlah aku menjelaskannya
kepadamu. Adapun tentang tidak turut sertanya beliau pada Perang Uhud, maka aku
telah bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Adapun tentang
absennya beliau dalam Perang Badar, maka sesungguhnya ketika itu istri beliau
yang merupakan putri Rasulullah sedang sakit, sehingga Rasulullah bersabda
kepadanya, ‘Sesungguhnya bagimu pahala seorang yang
ikut dalam Perang Badar.’ Adapun tentang tidak ikut sertanya beliau
dalam Bai’at Ar-Ridwan, maka seandainya di kalangan Mekkah ada seorang yang
lebih disegani daripada Utsman, niscaya Rasulullah akan mengutus orang itu.
Namun, Rasulullah mengutus Utsman, sementara itu Bai’at Ar-Ridwan terjadi
setelah kepergian Utsman ke Mekkah. Kemudian Rasulullah mengisyaratkan dengan
tangan kanannya, ‘Ini adalah untuk tangannya Utsman!’
Kemudian beliau menepuk tangan tersebut ke tangan kirinya seraya bersabda, ‘Ini untuk Utsman!’.”
(HR. Al-Bukhari)
Dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah
bersabda, “Wahai Utsman, apabila pada suatu hari nanti
Allah menguasakan urusan ini kepadamu (khalifah), lalu orang-orang munafik
menghendaki agar engkau menanggalkan pakaian yang telah Allah pakaikan
kepadamu, maka janganlah engkau menanggalkannya!” Beliau bersabda seperti itu sebanyak tiga
kali. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)
Dari Aisyah juga, bahwa ia berkata bahwa
Rasulullah bersabda pada waktu sakitnya, “Aku ingin
seandainya sebagian sahabatku berada di sisiku!” Maka Aisyah berkata, “Bagaimana
kalau kami panggilkan untukmu Abu Bakar?”
Beliau pun terdiam, lalu Aisyah berkata, “Bagaimana
kami panggilkan untukmu Umar?”
Beliau pun tetap diam, lalu Aisyah berkata lagi, “Bagaimana
kalau kami panggilkan untukmu Utsman?”
dan beliau pun menyetujuinya. Maka ketika Utsman sudah berada di sisi beliau, beliau
bersabda kepadanya dan membuat wajah Utsman berubah (terkejut) ketika mendengar
sabda beliau tersebut. Maka pada hari ketika Utsman dikepung (para pemberontak)
di dalam rumahnya, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah telah berpesan
kepadaku dengan suatu pesan, maka aku pun bersabar dalam memegangnya!” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan
oleh Al-Albani)
Utsman bin Affam mengikuti semua
peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau pernah diutus oleh Rasulullah
kepada orang-orang Quraisy pada tahun 6 H untuk memberitahukan kepada penduduk
Mekkah bahwa Rasulullah datang hanya untuk menunaikan ibadah umrah. Rasulullah
dan kaum Muslimin berhenti di Hudaibiyah yang berada di dekat Mekkah. Utsman
melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Beliau menolak tawaran Quraisy
tatkala mereka menawarkan kepadanya untuk melakukan thawaf. Beliau berkata, “Saya
tidak akan melakukan thawaf sebelum Rasulullah nelakukannya.” Kemudian tersiar kabar bahwa Utsman telah
dibunuh di Mekkah, maka Rasulullah bersabda, “Kita tidak
akan beranjak sebelum membereskan urusan dengan mereka.”
Kemudian kaum Muslimin membaiat Rasulullah
untuk tidak lari dari tempat mereka berada. Baiat ini dinamakan dengan Baiat
Ar-Ridwan, yaitu baiat yang dilakukan untuk menuntut darah Utsman.
Pada Perang Tabuk, tatkala pasukan Muslim
berada dalam kesulitan yang sangat, beliau menyumbangkan 950 ekor unta, 50 ekor
kuda, dan 1.000 dinar yang diberikan kepada Rasulullah. Maka Rasulullah
bersabda, “Tidak ada yang akan membahayakan Utsmanapapun
juga setelah yang dilakukannya hari ini.”
Saat Rasulullah meninggal, beliau dalam
keadaan sangat ridha kepada Utsman.
Utsman adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang mendapatkan
jaminan surga dari Rasulullah.
Di masa kekhalifahan Abu Bakar, beliau dianggap sebagai orang kedua
setelah Umar bin Al-Khattab. sedangkan pada masa kekhalifahan Umar, dia
diposisikan sebagai orang kedua setelah Umar. Dengan demikian, bersatulah
kelembutan Utsman dengan sikap keras Umar.
Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia)
bersama istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah, kemudian kembali ke Mekkah dan
hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada Perang Badar karena sibuk
mengurusi istrinya yang merupakan putri Rasulullah yang sedang sakit. Jadi
beliau hanya tinggal di Madinah. Beliau memberikan bagian dari harta rampasan
dan pahala perang tersebut kepada Utsman dan ia dianggap ikut serta dalam
peperangan. Ketika istrinya meninggal, Rasulullah menikahkannya dengan adik
istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika
masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam Perang Uhud, Khandaq, dan
Perjanjian Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah membaiatkan untuk Utsman
dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan juga ikut serta dalam Perang
Khaibar, Tabuk dan beliau juga pernah menyumbang untuk pasukan Usrah sebanyak
300 ekor unta dengan segala perlengkapannya.
Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari Utsman bin Affan
datang dengan membawa 100 dinar dan meletakannya di pangkuan Rasulullah, maka
Rasulullah bersabda, “Tidak ada bahaya bagi Utsman setelah
ia melakukan ini (diucapkan dua kali).”
Rasulullah pergi menunaikan haji Wada’ bersamanya. Rasulullah wafat
dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu
Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadapnya. Beliau
menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman
bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam anggota
Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota
lain.
Utsman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar. Allah banyak menaklukkan
berbagai Negara melalui tangannya. Maka semakin luaslah wilayah Negara Islam
dan bertambah luaslah Negara khilafah ini serta sampailah misi Rasulullah ke
sebelah timur dan barat bumi. Nampaklah kebenaran firman Allah:
وَعَدَ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي
الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ
دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ
ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.
QS:An-Nuur | Ayat: 55
QS:An-Nuur | Ayat: 55
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan
agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun
orang musyrik membenci.
QS:Ash-Shaff | Ayat: 9
QS:Ash-Shaff | Ayat: 9
Rasulullah bersabda, “Jika
kaisar mati maka tidak ada kaisar lagi setelahnya dan jika Kisra meninggal,
maka tidak ada lagi Kisra setelahnya. Demi Allah yang jiwaku berada di
tangan-Nya, harta-harta karun mereka berdua akan digunakan untuk perang di
jalan Allah.” (HR. Muslim)
Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman
kekhalifahan Utsman bin Affan.
Bagaimana proses kekhalifahan Utsman bin
Affan?
Tatkala Amirul Mukminin Umar mendapat
tikaman, beliau menyerahkan masalah kenegaraan kepada enam orang sahabat.
Setelah Umar dikuburkan, keenam sahabat utama tersebut berkumpul. Keenam
sahabat tersebut bermusyawarah untuk memilih khalifah hingga pada akhirnya
mereka memilih Utsman. Beliau sama sekali tidak pernah berambisi untuk memegang
kendali kekuasaan itu. Saat beliau dibaiat sebagai khalifah, beliau telah
berusia 70 tahun.
Khutbah pertama Utsman bin Affan di
hadapan kaum Muslimin, seperti yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar dari Badr
bin Utsman dari pamannya berkata, “Ketika Dewan Syura membaiat Utsman bin
Affan, dengan keadaan orang yang paling sedih di antara mereka, beliau keluar
dan menaiki mimbar Rasulullah dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak.
Beliau memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya kalian berada di kampung persinggahan dan sedang
berada pada sisa-sisa usia, maka segeralah melakukan kebaikan yang mampu kalian
lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dipenuhi
tipu daya, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kalian
dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu kemudian
bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai
terhadap kalian. Mana putra-putra dunia dan temannya yang terpengaruh dengan
dunia maka menghabiskan usianya untuk bersenang-senang. Tidaklah mereka jauhi
semua itu! Buanglah dunia sebagaimana Allah membuangnya, carilah akhirat karena
sesungguhnya Allah telah membuat permisalan dengan yang paling baik. Allah
berfirman:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ
نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ
عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan
dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur
karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi
kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
QS:Al-Kahfi | Ayat: 45
QS:Al-Kahfi | Ayat: 45
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ
ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.
QS:Al-Kahfi | Ayat: 46’.”
QS:Al-Kahfi | Ayat: 46’.”
Kemudian kaum Muslimin berdatangan untuk
membaiatnya sebagai khalifah.
Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan
dipenuhi dengan banyak penaklukkan sebagai penyempurna penaklukkan di masa
kekhalifahan Umar. Penaklukkan yang dilakukannya selalu berlanjut, baik melalui
jalur darat maupun laut. Beliau melanjutkan kebijakan khalifah sebelumnya, Umar
bin Al-Khattab dalam jihad di jalan Allah. Di antara penaklukkan-penaklukkan
besar itu ialah:
·
Di Wilayah Barat.
Rakyat Iskandariyah (Mesir) yang beragama
nasrani melakukan pemberontakkan terhadap pemerintahan Islam pada tahun 25 H/
645 M, yang kemudian ditaklukkan oleh Amr bin Al-Ash.
Utsman mengizinkan pasukan Islam untuk
melakukan penaklukkan ke seluruh benua Afrika. Maka, berangkatlah Abdullan bin
Sa’ad bin Abu Sarah hingga berhasil menaklukkan Tharablis (Tripoli) di wilayah
Libya sekarang. Kemudian mereka berhadapan dengan pasukan Romawi di Sabithalah
dan berhasil mengalahkan mereka pada tahun 27 H/ 647 M.
Dengan demikian, bergabunglah Barqah,
Tharablis, dan wilayah barat Mesir, serta sebagian Naubah ke dalam wilayah
kekhalifahan Utsman bin Affan.
Sedangkan Mu’awiyah melakukan serangan ke
Cyprus dan berhasil menaklukkannya pada tahun 28 H. Di waktu Umar bin
Al-Khattab masih memegang tampuk kepemimpinan, beliau melarang kaum Muslimin
untuk melakukan serangan melalui laut. Sedangkan pada masa kekhalifahan Utsman
bin Affan, beliau justru mengizinkannya.
Maka terjadilah perang menghadapi Romawi
di lautan. Perang ini disebut Perang Dzatush Shawari. Perang ini merupakan
perang laut pertama yang dialami oleh kaum Muslimin. Di masa kekhalifahan
Utsman, kaum Muslimin telah memiliki armada laut. Pasukan Islam berhadapan
dengan tentara Romawi di pantai Kilkiya. Pasukan Romawi mengalami kekalahan
yang telak dalam perang ini. Panglimanya yang bernama Kaisar Konstantin bahkan
mati terbunuh.
Mu’awiyah terus melakukan penyerangan ke
wilayah Romawi hingga mencapai Amuriyyah, sebuah wilayah di dekat Ankar, pada
tahun 33 H/ 653 M.
·
Di Wilayah Timur.
Panglima Umair bin Utsman sampai ke
Farghanah pada tahun 29 H. Sedangkan Abdullah Al-Laitsi mencapai Kabul, Abdullah
At-Tamimi sampai ke sungai Hindustan dan Sa’id bin Al-Ash berhasil menaklukkan
Jurjan.
Persia melakukan pemberontakkan, namun
berhasil dipatahkan oleh Abdullah bin Amir. Akhirnya, Yazdajir melarikan diri
ke Karman, kemudian ke Khurasan dan terbunuh di tempat tersebut.
Wilayah-wilayah yang melanggar kesepakatan kembali berhasil ditaklukkan.
Demikianlah penaklukkan yang terjadi di
masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Pada masanya telah terjadi perluasan
beberapa wilayah ke dalam pangkuan Islam. Misalnya di Afrika, Cyprus, Armenia,
Sind, Kabul, Farghanah, Balakh, dan Herat di Afghanistan. Kemudian dilakukan
penaklukkan ulang terhadap negeri-negeri yang melanggar janji, seperti Persia,
Khurasan, atau Babul Abwab.
Pada masa kekhalifahan utsman kondisi
masyarakat Muslimin sangatlah makmur dan sejahtera. Al-Bukhari dalam tarikh-nya manulis, Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Aku
pernah hidup di masa kekhalifahan utsman ketika para pemberontak memusuhinya.
Tidak sedikit hari yang mereka lalui kecuali pada hari tersebut mereka
berbagi-bagi rezeki. Dikatakan kepadamereka, ‘Wahai
kaum Muslimin, segeralah mangambil hadiah kalian!’ lantas mereka
mengambilnya dengan berlimpah-limpah. Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Segeralah ambil rezeki kalian!’ lantas mereka
mengambilnya dengan berlimpah-limpah. Dikatakan lagi kepada mereka, ‘segeralah ambil minyak samin dan madu kalian!’.” Berbagai hadiah
pun terus mengalir, rezeki melimpah ruah, aman dari musuh, ukhuwah terjalin
erat, kebaikan banyak tersebar, tidak ada seorang Mukmin pun yang yang ada di
atas bumi takut dengan Mukmin lainnya, siapa saja yang ditemui mereka, ia
adalah saudaranya dan di antara nasehat dan kasih sayang Rasulullah bahwa
beliau mengambil perjanjian mereka agar bersabar jika terjadi Atsrah (sebagian
orang mendapat lebih banyak daripada sebagian yang lain).
Al-Hasan Al-Bashri berkata, “jikalau mereka bersikap sabar ketika
melihat apa yang terjadi, tentunya mereka akan mendapatkan rezeki dan pemberian
yang lebih melimpah ruah. Namun mereka berkata, ‘Demi
Allah, harta tersebut tidak sampai dan tidak diserahkan.’ Sementara di
sisi lain pedang yang tersarung terhadap kaum Muslimin, mulai mereka hunus
terhadap diri mereka sendiri (perang saudara) dan demi Allah, pedang tersebut
masih terus terhunus sampai sekarang ini. Demi Allah, aku melihat bahwa pedang
itu akan terus terhunus sampai hari Kiamat.”
Di antara peraturan yang dijalankan oleh Utsman bin Affan adalah bahwa
beliau mengharuskan begi setiap gubernurnya untuk menghadiri satu musim pasar
yang diadakan setahun sekali. Kemudian ia menuliskan sebuah pengumuman untuk
rakyatnya, “Barangsiapa merasa pernah terzalimi
oleh salah seorang dari mereka (gubernur), maka ia dapat membalasnya pada
setiap musim pasar dan aku akan mengambil hak mereka dari para gubernur.”
Demikianlah kebijakan dan kebijaksanaan Utsman bin Affan.
Amirul Mukminin Utsman bin Affan memiliki beberapa keutamaan yang sangat
banyak. Di antara keutamaan-keutamaan beliau adalah:
- Beliaulah yang telah membeli sumur Rumah dan menyerahkannya kepada kaum Muslimin.
- Beliau juga telah membekali tentara Usrah (tentara Perang Tabuk). Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membekali Usrah maka baginya surga.” Maka Utsman pun membekalinya. (HR. Al-Bukhari)
- Beliau adalah sahabat Rasulullah yang terbaik setelah Abu Bakar dan Umar. Dari Abdullah bin Umar bahwa ia berkata, “Kami (sahabat Rasulullah) pada zaman beliau memilih siapakah yang terbaik di antara umat manusia, lalu kami pun bersepakat bahwa yang terbaik adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman.” (HR. Al-Bukhari)
- Beliaulah yang menghimpun Al-Qur’an dalam satu mushaf ketika terjadi perbedaan cara membaca Al-Qur’an di beberapa wilayah Islam. Maka, Utsman menyatukannya dalam satu bacaan yang sering dibaca oleh Rasulullah. Beliau mengkodifikasi Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan bacaan tersebut dan memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf lainnya. Rasm Utsmani merupakan bacaan kaum Muslimin hingga saat ini.
- Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, bahwa ia berkata, “Bahwa Rasulullah bersabda, ‘Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang Al-Qur’an adalah Ubai bin Ka’ab, dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin tsabit. Setiap umat mempunyai orang terpercaya dan orang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah’.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad dan dishahihkan oleh Al-Albani)
- Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar, ia berkata, “Bahwa Rasulullah keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, ‘Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi Al-maqalid dan timbangan. Adapaun Al-Maqalid adalah kunci-kunci, dan timbangan adalah alat yang biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang satu dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain, dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar lebih berat dari mereka. Lantas didatangkan Umar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka. Kemudian timbangan-timbangan itu diangkat’.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Disebutkan sebuah riwayat yang shahih dari
Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa beliau mendikte Utsman untuk menuliskan wasiatnya
ketika akan meninggal dunia. Ketika sampai pada masalah kekhalifahan, Abu Bakar
jatuh pingsan. Maka Utsman menuliskan nama Umar. Ketika Abu Bakar siuman, ia
berkata, “Nama siapa yang engkau tulis?” Utsman menjawab, “Umar.” Abu Bakar berkata, “Seandainya
kamu menulis namamu sendiri, maka sebenarnya kamu layak untuk menjabatnya.”
Demikianlah, beberapa keutamaan yang telah
penulis sampaikan.
Setelah Umar bin Al-Khattab
meninggal,tampuk kekhalifahan pun dipegang oleh Utsman bin Affan melalui
musyawarah. Beliau menjabat kekhalifahan itu selama 12 tahun dan setelah itu
beliau meninggal dengan cara dibunuh.
Bagaimanakah kisahnya? Berikut adalah
kisah yang penulis sampaikan untuk anda.
Sebagian besar di masa kekhalifahan Utsman
bin Affan dilalui dengan keamanan, stabilitas dan kemakmuran. Namun demikian,
Allah menghendaki pada masa akhir kekhalifahannya terjadi gejolak. Terjadi
fitnah besar yang kemudian mengakibatkan terbunuhnya Utsman secara zalim dan
terjadilah perpecahan umat serta renggangnya kesatuan mereka.
Semua itu kemungkinan besar disebabkan
adanya perubahan kondisi dunia Islam pada kekhalifahan beliau, di mana wilayah
kekuasaan Islam semakin luas dan banyaknya negeri-negeri yang masuk ke dalam
pangkuan Islam. Kini dalam Islam telah masuk berbagai ras dan bangsa yang
berbeda. Sehingga, ada kesulitan untuk menyatukan mereka dalam satu manhaj. Di
samping itu, mereka adalah pemeluk Islam baru dan Islam pun belum mengakar
dalam diri mereka.
Di sisi lain, kekayaan kaum Muslimin pada
saat itu demikian banyak, sehingga manusia cenderung untuk boros dan senang
untuk bersantai ria. Pada saat yang sama, sahabat-sahabat Rasulullah telah
menyebar ke berbagai tempat dan pelosok. Sedangkan khalifah Utsman dikenal
sebagai sosok yang lemah lembut, sangat penyabar dan sangat kasih sayang pada
setiap orang. Beliau selalu menjauhi tindakan yang yang mengarah pada
pertumpahan darah. Ditambah lagi usianya yang sudah sangat tua, yaitu 82 tahun.
Perubahan ini mendorong orang-orang yang
ingin melakukan fitnah untuk menyalakan api fitnah karena mereka rakus akan
kekuasaan dan kedudukan. Selain itu, mereka juga ingin memecah belah kaum
Muslimin dan kesatuan mereka.
Berkobarlah fitnah besar di tengah kaum
Muslimin yang dikobarkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman
yang berpura-pura msuk Islam. Orang ini berkeliling ke berbagai kota kemudian
menetap di Mesir. Ia menaburkan keraguan di tengah kelompok tentang akidah
mereka serta mengecam Utsman dan para gubernurnya. Ia gencar mengajak semua
orang untuk menurunkan Utsman dan menggantinya dengan Ali, sebagai usahanya
dalam menaburkan benih fitnah dan perpecahan.
Maka, mulailah pecah fitnah di Kufah pada
tahun 34 H/ 654 M. Mereka menuntut kepada khalifah untuk mengganti gubernur
Kufah. Akhirnya Utsman menggantinya untuk memenuhi tuntutan mereka dan sebagai
upaya untuk meredam gejolak fitnah.
Setelah itu sejumlah besar orang datang
menyerbu Madinah untuk mendebat khalifah. Mareka datang dari Kufah, Bashrah,
dan Mesir secara bersamaan. Ali mencegah mereka dan menerangkan bahwa apa yang
mereka lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Apalagi, khalifah juga melakukan
pembelaan terhadap dirinya dengan pembelaan yang sangat masuk akal. Maka
pulanglah para pemberontak tersebut dengan tangan hampa dan kekecewaan.
Abdullah bin Saba’ paham betul bahwa
peluang yang telah ia bangun bertahun-tahun nampaknya akan lenyap begitu saja.
Maka, ia mencari siasat licik dan mengatur strateginya. Ia membuat surat palsu
atas nama khalifah, Ali, dan juga Aisyah yang di dalamnya berisi pernyataan
bahwa khalifah akan mengundurkan diri dan Ali akan naik menggantikannya.
Disebutkan pula bahwa siapa saja yang tidak setuju, maka orang tersebut akan
dibunuh. Sebuah kedustaan yang sangat nyata sekali!
Akhirnya para pemberontak kembali lagi ke
Madinah. Mareka mengepung rumah Utsman bin Affan. Lalu beliau segera
mengirimkan utusan kepada para gubernurnya, meminta mereka untuk mengirimkan
pasukan ke Madinah.
Maka di saat itu juga, terjadilah
anarkisme di Madinah. Utsman meminta kepada para sahabat yang bersamanya agar
tidak memerangi kaum pemberontak. Beliau secara terus-menerus meminta kepada
mereka untuk tidak melakukan hal tersebut. Sebab, beliau menginginkan agar
tidak terjadi suatu pertumpahan darah yang disebabkan oleh dirinya.
Ada
kabar bahwa pasukan bantuan akan segera tiba ke Madinah yang membuat
pemberontak takut dan khawatir. Mereka kemudian memasuki rumah Utsman dengan
cara melompati pagar rumahnya. Mereka membunuh beliau dengan pedang dan
merampok harta Baitul Mal. Maka, terjadilah takdir Allah yang telah
ditetapkan-Nya. Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun 35 H/ 656 M.
Dengan demikian, usia kekhalifahan beliau adalah selama 12 tahun.
Perlu dicatat, bahwa pembunuhan Utsman
yang sebenarnya adalah sedang sakit. Di
antara yang diketahui adalah Al-Ghafiqi yang kemudian melarikan diri. Sedangkan
yang lain tidak diketahui namanya. Oleh karena itu, mereka menisbatkan
pembunuhan tersebut kepada para pemberontak sehingga wilayah konfliknya menjadi
luas dan memiliki akibat yang sangat berbahaya.
Pada akhirnya, peristiwa tersebut kemudian
akan menjadi bencana bagi Islam dan kaum Muslimin.
Walaupun begitu, beliau adalah salah satu
dari sepuluh nama yang disebutkan oleh Rasulullah yang dijamin akan memasuki
surga Allah.
Seorang Tabi’in yang mulia, Abu
Abdurrahman As-Sulami berkata, “Ketika Utsman dikepung oleh para
pemberontak, beliau melihat mereka lalu berkata, ‘Saya
bertanya kepada kalian atas nama Allah, dan saya tidak bertanya kecuali kepada
para sahabat Nabi, bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang melengkapi perbekalan tentara pada
Perang Tabuk, maka baginya surga!’ lalu aku pun
melengkapi perbekalan mereka? Bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah pernah
bersabda, ‘Barangsiapa yang menggali sumur
Rumah, maka baginya surga!’ lalu aku pun
menggalinya?’.” Maka
mereka (para sahabat) pun membenarkan perkataan Utsman tersebut. (HR.
AL-Bukhari dan Muslim)
Sebenarnya, Rasulullah sudah pernah
mengabarkan tentang kesyahidannya. Dari Anas bin Malik ia berkata, “Suatu
hari Rasulullah mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Tiba-tiba gunung tersebut berguncang, maka beliau bersabda, ‘Tenanglah, wahai Uhud! Sesungguhnya yang ada di atasmu adalah
seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid’.” (HR. Al-Bukhari)
Hadits di atas merupakan nash yang jelas
dari lisan Rasulullah yang maksum, bahwa Utsman bin Affan termasuk salah
seorang dari golongan syuhada, yaitu orang yang meninggal dunia sebagai syahid
karena membela agama Allah.
Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah
pernah menyebutkan tentang suatu fitnah lalu beliau bersabda tentang Utsman, ‘Pada masa terjadinya fitnah tersebut, orang ini akan terbunuh
dalam keadaan mazhlum (dizalimi)’.”
(HR. At-Tirmidzi)
Demikianlah kisah orang yang agung yang
telah kita bahas, Utsman bin Affan. Semoga Allah merahmatimu wahai khalifah
yang lurus, dan semoga Allah meridhaimu, wahai menantu dan sahabat sejati
Rasulullah.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
2 komentar:
Woy ceritanya gajelas
Hey ceritanya gimana sihhhhh
Posting Komentar