Senin, 03 Februari 2014

Filled Under:

Utsman bin Affan (Sahabat yang Paling Dermawan).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ


     Beliau adalah Utsman bin Affan bin Abu Al-Ash bin Umayah bin Abdu Syams. Beliau berasal dari Bani Umayah yang terpandang. Utsman bin Affan dikenal sebagai seorang pedagang yang dermawan dan murah hati. Beliau adalah salah seorang yang paling kaya di masa sebelum Islam dan juga setelah Islam.

     Utsman bin Affan memeluk Islam melalui dakwah Abu Bakar. Utsman adalah sahabat yang masuk Islam di masa awal dakwah, bahkan termasuk salah seorang dari sepuluh orang yang pertama kali masuk Islam. Setelah mengenal Islam lebih dalam, beliau sangat teguh dalam keislamannya.

     Utsman bin Affan dikenal sebagai orang yang lemah lembut namun kuat dalam memegang akidahnya. Hal itu nampak jelas ketika beliau mengenal hidayah dan kemudian masuk Islam. Ketika beliau masuk Islam, pamannya, Al-Hakam bin Abu Al-Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata, “Engkau berpaling dari ajaran leluhurmu dan beralih ke agama Muhammad?! Demi Allah, aku tidak akan melepasmu untuk selamanya sampai engkau kembali kepada agamamu semula!” Namun dengan tegas Utsman menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan dan berlepas dari agama Muhammad untuk selama-lamanya!” Ketika Al-Hakam melihat keteguhan Utsman terhadap Islam, maka Al-Hakam tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan akhirnya ia pun melepaskannya.

     Tidak ada seorang pun dari suku Quraisy yang memiliki sifat pemurah melebihinya.

     Beliau dikenal sebagai seorang sahabat yang kaya raya dan sangat dermawan. Suatu ketika, kaum Muslimin di Madinah pernah kekurangan air karena musim kemarau yang panjang dan mereka membutuhkan penggalian sumur yang banyak airnya.

     Rasulullah menyeru kepada kaum Muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda, “Barangsiapa yang menggali sumur Rumah (nama tempat), maka baginya surga!” Lalu datanglah Utsman untuk membiayai pembuatan sumur tersebut. (HR. Al-Bukhari)

     Pada lain waktu, kota Madihah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena kelangkaannya. Di tengah kelangkaan bahan pangan tersebut, datanglah iringan-iringan kafilah dagang Utsman bin Affan dari negeri Syam, berupa 100 ekor unta yang penuh dengan muatan anggur, minyak dan anggur. Mendengar hal tersebut, para pedagang dari Madinah serentak mendatangi Utsman untuk membeli bahan pangan yang dibawanya. Maka Utsman berkata kepada mereka, “Berapa harga yang kalian mampu untuk membeli barang dagangan tersebut?” Sebagian menjawab, “Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya!” Utsman bertanya, “Siapa yang mampu membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya?” Mereka berkata, “Siapa yang sanggup membeli barang tersebut dengan harga sebesar itu? Ini sungguh harta yang mencekik!” Maka Utsman berkata, “Sesungguhnya Allah menjanjikan kepadaku untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dalam firman-Nya:

     مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا ۖ وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَىٰ إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
QS:Al-An'am | Ayat: 160

     Kemudian beliau melanjutkan perkataannya, “Adakah di antara kalian yang mampu membelinya?” Mereka menjawab, “Tidak!” Maka Utsman berkata, “Saksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semuanya aku sedekahkan bagi para fakir miskin Madinah!

     Utsman bin Affan adalah sahabat Rasulullah yang sangat setia dan dengan kedermawanannya, beliau membuktikan kesetiannya tersebut. Sumbangan harta beliau dalam berbagai peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah tidaklah terhitung.

     Selain kedermawanannya yang terkenal, beliau pun memiliki rasa malu yang sangat kuat. Tidak ada seorang pun yang memiliki rasa malu yang melebihi rasa malu dari Utsman bin Affan. Hingga Rasulullah pun malu kepadanya dan bersabda, “Tidaklah aku merasa malu kepada seorang lelaki yang para malaikat pun merasa malu kepadanya.” (HR. Muslim)

     Beliau juga merupakan menanti Rasulullah karena beliau menikahi dua orang putri Rasulullah (setelah salah satunya wafat), yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Oleh karena itu, beliau disebut Dzun-Nuurain (Seorang yang memiliki dua cahaya), karena kedua putri Rasulullah merupakan istrinya beliau yang bagaikan cahaya yang menyinari kehidupan.

     Beliau juga merupakan seorang yang memiliki rasa takut yang sangat besar kepada Allah. Salah seorang sahabatnya, Hani’ yang merupakan mantan budak beliau berkata, “Adalah Utsman jika berdiri di sisi kubur beliau menangis hingga linangan air matanya membasahi janggutnya, maka seseorang bertanya kepadanya, ‘Wahai Utsma, mengapa setiap kali disebutkan tentang surga dan neraka engkau tidak menangis?’ Maka beliau menjawab, ‘Karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari berbagai persinggahan akhirat. Karena itu, barangsiapa yang selamat di dalamnya, maka urusan sesudahnya akan lebih mudah. Sebaliknya, barangsiapa yang tidak selamat di dalamnya, maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit baginya’.’.” (HR. At-Tirmidzi)

     Utsman bin Affan dikenal sebagai orang yang shaleh dan sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri shalat, ruku’, dan sujud . beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam, sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Utsman senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca Al-Qur’an dan bahkan selalu mengkhatamkannya setiap tiga hari sekali.

     Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitabnya, Hilyatul Auliya, dari Sufyan bin Uyainah bahwa ia berkata, “Utsman bin Affan pernah berkata, ‘Seandainya hati kita suci, niscaya ia tidak akan pernah kenyang (bosan) membaca kalamullah (Al-Qur’an). Sungguh aku tidak suka apabila datang suatu hari atau malam sementara aku tidak melihat kalamullah (Al-Qur’an)’.

     Dan bila dilihat dari segi keutamaannya, kita bisa melihat keutamaannya sebagai berikut:

     Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, bahwa ada seorang lelaki dari Mesir datang kepadanya seraya berkata, “Apakah engkau tahu bahwa Utsman lari pada Perang Uhud?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu kemudian berkata, “Apakah engkau tahu bahwa ia absen dari Perang Badar dan tidak menghadirinya?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu berkata lagi, “Engkau tahu bahwa ia absen dari Bai’at Ar-Ridwan dan tidak menyertainya?” Ibnu Umar menjawab, “Ya.” Orang itu berkata sekali lagi, “Allahu Akbar.” Ibnu Umar berkata, “Kemarilah, biarkanlah aku menjelaskannya kepadamu. Adapun tentang tidak turut sertanya beliau pada Perang Uhud, maka aku telah bersaksi bahwa Allah telah memaafkan dan mengampuninya. Adapun tentang absennya beliau dalam Perang Badar, maka sesungguhnya ketika itu istri beliau yang merupakan putri Rasulullah sedang sakit, sehingga Rasulullah bersabda kepadanya, ‘Sesungguhnya bagimu pahala seorang yang ikut dalam Perang Badar.’ Adapun tentang tidak ikut sertanya beliau dalam Bai’at Ar-Ridwan, maka seandainya di kalangan Mekkah ada seorang yang lebih disegani daripada Utsman, niscaya Rasulullah akan mengutus orang itu. Namun, Rasulullah mengutus Utsman, sementara itu Bai’at Ar-Ridwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Mekkah. Kemudian Rasulullah mengisyaratkan dengan tangan kanannya, ‘Ini adalah untuk tangannya Utsman!’ Kemudian beliau menepuk tangan tersebut ke tangan kirinya seraya bersabda, ‘Ini untuk Utsman!’.” (HR. Al-Bukhari)

     Dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Wahai Utsman, apabila pada suatu hari nanti Allah menguasakan urusan ini kepadamu (khalifah), lalu orang-orang munafik menghendaki agar engkau menanggalkan pakaian yang telah Allah pakaikan kepadamu, maka janganlah engkau menanggalkannya!” Beliau bersabda seperti itu sebanyak tiga kali. (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)

     Dari Aisyah juga, bahwa ia berkata bahwa Rasulullah bersabda pada waktu sakitnya, “Aku ingin seandainya sebagian sahabatku berada di sisiku!” Maka Aisyah berkata, “Bagaimana kalau kami panggilkan untukmu Abu Bakar?” Beliau pun terdiam, lalu Aisyah berkata, “Bagaimana kami panggilkan untukmu Umar?” Beliau pun tetap diam, lalu Aisyah berkata lagi, “Bagaimana kalau kami panggilkan untukmu Utsman?” dan beliau pun menyetujuinya. Maka ketika Utsman sudah berada di sisi beliau, beliau bersabda kepadanya dan membuat wajah Utsman berubah (terkejut) ketika mendengar sabda beliau tersebut. Maka pada hari ketika Utsman dikepung (para pemberontak) di dalam rumahnya, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah telah berpesan kepadaku dengan suatu pesan, maka aku pun bersabar dalam memegangnya!” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)

     Utsman bin Affam mengikuti semua peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah. Beliau pernah diutus oleh Rasulullah kepada orang-orang Quraisy pada tahun 6 H untuk memberitahukan kepada penduduk Mekkah bahwa Rasulullah datang hanya untuk menunaikan ibadah umrah. Rasulullah dan kaum Muslimin berhenti di Hudaibiyah yang berada di dekat Mekkah. Utsman melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Beliau menolak tawaran Quraisy tatkala mereka menawarkan kepadanya untuk melakukan thawaf. Beliau berkata, “Saya tidak akan melakukan thawaf sebelum Rasulullah nelakukannya.” Kemudian tersiar kabar bahwa Utsman telah dibunuh di Mekkah, maka Rasulullah bersabda, “Kita tidak akan beranjak sebelum membereskan urusan dengan mereka.

     Kemudian kaum Muslimin membaiat Rasulullah untuk tidak lari dari tempat mereka berada. Baiat ini dinamakan dengan Baiat Ar-Ridwan, yaitu baiat yang dilakukan untuk menuntut darah Utsman.

     Pada Perang Tabuk, tatkala pasukan Muslim berada dalam kesulitan yang sangat, beliau menyumbangkan 950 ekor unta, 50 ekor kuda, dan 1.000 dinar yang diberikan kepada Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang akan membahayakan Utsmanapapun juga setelah yang dilakukannya hari ini.Saat Rasulullah meninggal, beliau dalam keadaan sangat ridha kepada Utsman.

     Utsman adalah salah seorang dari sepuluh sahabat yang mendapatkan jaminan surga dari Rasulullah.

     Di masa kekhalifahan Abu Bakar, beliau dianggap sebagai orang kedua setelah Umar bin Al-Khattab. sedangkan pada masa kekhalifahan Umar, dia diposisikan sebagai orang kedua setelah Umar. Dengan demikian, bersatulah kelembutan Utsman dengan sikap keras Umar.

     Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia) bersama istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah, kemudian kembali ke Mekkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada Perang Badar karena sibuk mengurusi istrinya yang merupakan putri Rasulullah yang sedang sakit. Jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Beliau memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada Utsman dan ia dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istrinya meninggal, Rasulullah menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kultsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Beliau ikut serta dalam Perang Uhud, Khandaq, dan Perjanjian Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah membaiatkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan juga ikut serta dalam Perang Khaibar, Tabuk dan beliau juga pernah menyumbang untuk pasukan Usrah sebanyak 300 ekor unta dengan segala perlengkapannya.

     Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari Utsman bin Affan datang dengan membawa 100 dinar dan meletakannya di pangkuan Rasulullah, maka Rasulullah bersabda, “Tidak ada bahaya bagi Utsman setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali).

     Rasulullah pergi menunaikan haji Wada’ bersamanya. Rasulullah wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Kemudian beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadapnya. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lain.

     Utsman bin Affan menjadi khalifah setelah Umar. Allah banyak menaklukkan berbagai Negara melalui tangannya. Maka semakin luaslah wilayah Negara Islam dan bertambah luaslah Negara khilafah ini serta sampailah misi Rasulullah ke sebelah timur dan barat bumi. Nampaklah kebenaran firman Allah:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
QS:An-Nuur | Ayat: 55

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.
QS:Ash-Shaff | Ayat: 9

     Rasulullah bersabda, “Jika kaisar mati maka tidak ada kaisar lagi setelahnya dan jika Kisra meninggal, maka tidak ada lagi Kisra setelahnya. Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, harta-harta karun mereka berdua akan digunakan untuk perang di jalan Allah.” (HR. Muslim)

     Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman kekhalifahan Utsman bin Affan.

     Bagaimana proses kekhalifahan Utsman bin Affan?

     Tatkala Amirul Mukminin Umar mendapat tikaman, beliau menyerahkan masalah kenegaraan kepada enam orang sahabat. Setelah Umar dikuburkan, keenam sahabat utama tersebut berkumpul. Keenam sahabat tersebut bermusyawarah untuk memilih khalifah hingga pada akhirnya mereka memilih Utsman. Beliau sama sekali tidak pernah berambisi untuk memegang kendali kekuasaan itu. Saat beliau dibaiat sebagai khalifah, beliau telah berusia 70 tahun.

     Khutbah pertama Utsman bin Affan di hadapan kaum Muslimin, seperti yang diriwayatkan oleh Saif bin Umar dari Badr bin Utsman dari pamannya berkata, “Ketika Dewan Syura membaiat Utsman bin Affan, dengan keadaan orang yang paling sedih di antara mereka, beliau keluar dan menaiki mimbar Rasulullah dan memberikan khutbahnya kepada orang banyak. Beliau memulai dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi dan berkata, ‘Sesungguhnya kalian berada di kampung persinggahan dan sedang berada pada sisa-sisa usia, maka segeralah melakukan kebaikan yang mampu kalian lakukan. Kalian telah diberi waktu pagi dan sore. Ketahuilah bahwa dunia dipenuhi tipu daya, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia ini memperdayakan kalian dalam (menaati) Allah. Ambillah pelajaran dari kejadian masa lalu kemudian bersungguh-sungguhlah dan jangan lalai, karena setan tidak pernah lalai terhadap kalian. Mana putra-putra dunia dan temannya yang terpengaruh dengan dunia maka menghabiskan usianya untuk bersenang-senang. Tidaklah mereka jauhi semua itu! Buanglah dunia sebagaimana Allah membuangnya, carilah akhirat karena sesungguhnya Allah telah membuat permisalan dengan yang paling baik. Allah berfirman:

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا
Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS:Al-Kahfi | Ayat: 45

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
QS:Al-Kahfi | Ayat: 46’.

     Kemudian kaum Muslimin berdatangan untuk membaiatnya sebagai khalifah.
     Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan dipenuhi dengan banyak penaklukkan sebagai penyempurna penaklukkan di masa kekhalifahan Umar. Penaklukkan yang dilakukannya selalu berlanjut, baik melalui jalur darat maupun laut. Beliau melanjutkan kebijakan khalifah sebelumnya, Umar bin Al-Khattab dalam jihad di jalan Allah. Di antara penaklukkan-penaklukkan besar itu ialah:

·         Di Wilayah Barat.
     Rakyat Iskandariyah (Mesir) yang beragama nasrani melakukan pemberontakkan terhadap pemerintahan Islam pada tahun 25 H/ 645 M, yang kemudian ditaklukkan oleh Amr bin Al-Ash.

     Utsman mengizinkan pasukan Islam untuk melakukan penaklukkan ke seluruh benua Afrika. Maka, berangkatlah Abdullan bin Sa’ad bin Abu Sarah hingga berhasil menaklukkan Tharablis (Tripoli) di wilayah Libya sekarang. Kemudian mereka berhadapan dengan pasukan Romawi di Sabithalah dan berhasil mengalahkan mereka pada tahun 27 H/ 647 M.

     Dengan demikian, bergabunglah Barqah, Tharablis, dan wilayah barat Mesir, serta sebagian Naubah ke dalam wilayah kekhalifahan Utsman bin Affan.

     Sedangkan Mu’awiyah melakukan serangan ke Cyprus dan berhasil menaklukkannya pada tahun 28 H. Di waktu Umar bin Al-Khattab masih memegang tampuk kepemimpinan, beliau melarang kaum Muslimin untuk melakukan serangan melalui laut. Sedangkan pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, beliau justru mengizinkannya.

     Maka terjadilah perang menghadapi Romawi di lautan. Perang ini disebut Perang Dzatush Shawari. Perang ini merupakan perang laut pertama yang dialami oleh kaum Muslimin. Di masa kekhalifahan Utsman, kaum Muslimin telah memiliki armada laut. Pasukan Islam berhadapan dengan tentara Romawi di pantai Kilkiya. Pasukan Romawi mengalami kekalahan yang telak dalam perang ini. Panglimanya yang bernama Kaisar Konstantin bahkan mati terbunuh.

     Mu’awiyah terus melakukan penyerangan ke wilayah Romawi hingga mencapai Amuriyyah, sebuah wilayah di dekat Ankar, pada tahun 33 H/ 653 M.

·         Di Wilayah Timur.
     Panglima Umair bin Utsman sampai ke Farghanah pada tahun 29 H. Sedangkan Abdullah Al-Laitsi mencapai Kabul, Abdullah At-Tamimi sampai ke sungai Hindustan dan Sa’id bin Al-Ash berhasil menaklukkan Jurjan.

     Persia melakukan pemberontakkan, namun berhasil dipatahkan oleh Abdullah bin Amir. Akhirnya, Yazdajir melarikan diri ke Karman, kemudian ke Khurasan dan terbunuh di tempat tersebut. Wilayah-wilayah yang melanggar kesepakatan kembali berhasil ditaklukkan.

     Demikianlah penaklukkan yang terjadi di masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Pada masanya telah terjadi perluasan beberapa wilayah ke dalam pangkuan Islam. Misalnya di Afrika, Cyprus, Armenia, Sind, Kabul, Farghanah, Balakh, dan Herat di Afghanistan. Kemudian dilakukan penaklukkan ulang terhadap negeri-negeri yang melanggar janji, seperti Persia, Khurasan, atau Babul Abwab.

     Pada masa kekhalifahan utsman kondisi masyarakat Muslimin sangatlah makmur dan sejahtera. Al-Bukhari dalam tarikh-nya manulis, Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Aku pernah hidup di masa kekhalifahan utsman ketika para pemberontak memusuhinya. Tidak sedikit hari yang mereka lalui kecuali pada hari tersebut mereka berbagi-bagi rezeki. Dikatakan kepadamereka, ‘Wahai kaum Muslimin, segeralah mangambil hadiah kalian!’ lantas mereka mengambilnya dengan berlimpah-limpah. Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Segeralah ambil rezeki kalian!’ lantas mereka mengambilnya dengan berlimpah-limpah. Dikatakan lagi kepada mereka, ‘segeralah ambil minyak samin dan madu kalian!’.Berbagai hadiah pun terus mengalir, rezeki melimpah ruah, aman dari musuh, ukhuwah terjalin erat, kebaikan banyak tersebar, tidak ada seorang Mukmin pun yang yang ada di atas bumi takut dengan Mukmin lainnya, siapa saja yang ditemui mereka, ia adalah saudaranya dan di antara nasehat dan kasih sayang Rasulullah bahwa beliau mengambil perjanjian mereka agar bersabar jika terjadi Atsrah (sebagian orang mendapat lebih banyak daripada sebagian yang lain).

     Al-Hasan Al-Bashri berkata, “jikalau mereka bersikap sabar ketika melihat apa yang terjadi, tentunya mereka akan mendapatkan rezeki dan pemberian yang lebih melimpah ruah. Namun mereka berkata, ‘Demi Allah, harta tersebut tidak sampai dan tidak diserahkan.’ Sementara di sisi lain pedang yang tersarung terhadap kaum Muslimin, mulai mereka hunus terhadap diri mereka sendiri (perang saudara) dan demi Allah, pedang tersebut masih terus terhunus sampai sekarang ini. Demi Allah, aku melihat bahwa pedang itu akan terus terhunus sampai hari Kiamat.

     Di antara peraturan yang dijalankan oleh Utsman bin Affan adalah bahwa beliau mengharuskan begi setiap gubernurnya untuk menghadiri satu musim pasar yang diadakan setahun sekali. Kemudian ia menuliskan sebuah pengumuman untuk rakyatnya, “Barangsiapa merasa pernah terzalimi oleh salah seorang dari mereka (gubernur), maka ia dapat membalasnya pada setiap musim pasar dan aku akan mengambil hak mereka dari para gubernur.

     Demikianlah kebijakan dan kebijaksanaan Utsman bin Affan.

     Amirul Mukminin Utsman bin Affan memiliki beberapa keutamaan yang sangat banyak. Di antara keutamaan-keutamaan beliau adalah:

  1. Beliaulah yang telah membeli sumur Rumah dan menyerahkannya kepada kaum Muslimin.
  2. Beliau juga telah membekali tentara Usrah (tentara Perang Tabuk). Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membekali Usrah maka baginya surga.” Maka Utsman pun membekalinya. (HR. Al-Bukhari)
  3. Beliau adalah sahabat Rasulullah yang terbaik setelah Abu Bakar dan Umar. Dari Abdullah bin Umar bahwa ia berkata, “Kami (sahabat Rasulullah) pada zaman beliau memilih siapakah yang terbaik di antara umat manusia, lalu kami pun bersepakat bahwa yang terbaik adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman.” (HR. Al-Bukhari)
  4. Beliaulah yang menghimpun Al-Qur’an dalam satu mushaf ketika terjadi perbedaan cara membaca Al-Qur’an di beberapa wilayah Islam. Maka, Utsman menyatukannya dalam satu bacaan yang sering dibaca oleh Rasulullah. Beliau mengkodifikasi Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan bacaan tersebut dan memerintahkan untuk membakar mushaf-mushaf lainnya. Rasm Utsmani merupakan bacaan kaum Muslimin hingga saat ini.
  5. Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, bahwa ia berkata, “Bahwa Rasulullah bersabda, ‘Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling hafal tentang Al-Qur’an adalah Ubai bin Ka’ab, dan yang paling mengetahui tentang ilmu waris adalah Zaid bin tsabit. Setiap umat mempunyai orang terpercaya dan orang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah’.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad dan dishahihkan oleh Al-Albani)
  6. Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar, ia berkata, “Bahwa Rasulullah keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, ‘Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi Al-maqalid dan timbangan. Adapaun Al-Maqalid adalah kunci-kunci, dan timbangan adalah alat yang biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang satu dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain, dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar lebih berat dari mereka. Lantas didatangkan Umar dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka. Kemudian timbangan-timbangan itu diangkat’.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad dan dishahihkan oleh Al-Albani)

     Disebutkan sebuah riwayat yang shahih dari Abu Bakar Ash-Shiddiq bahwa beliau mendikte Utsman untuk menuliskan wasiatnya ketika akan meninggal dunia. Ketika sampai pada masalah kekhalifahan, Abu Bakar jatuh pingsan. Maka Utsman menuliskan nama Umar. Ketika Abu Bakar siuman, ia berkata, “Nama siapa yang engkau tulis?” Utsman menjawab, “Umar.” Abu Bakar berkata, “Seandainya kamu menulis namamu sendiri, maka sebenarnya kamu layak untuk menjabatnya.

     Demikianlah, beberapa keutamaan yang telah penulis sampaikan.

     Setelah Umar bin Al-Khattab meninggal,tampuk kekhalifahan pun dipegang oleh Utsman bin Affan melalui musyawarah. Beliau menjabat kekhalifahan itu selama 12 tahun dan setelah itu beliau meninggal dengan cara dibunuh.

     Bagaimanakah kisahnya? Berikut adalah kisah yang penulis sampaikan untuk anda.

     Sebagian besar di masa kekhalifahan Utsman bin Affan dilalui dengan keamanan, stabilitas dan kemakmuran. Namun demikian, Allah menghendaki pada masa akhir kekhalifahannya terjadi gejolak. Terjadi fitnah besar yang kemudian mengakibatkan terbunuhnya Utsman secara zalim dan terjadilah perpecahan umat serta renggangnya kesatuan mereka.

     Semua itu kemungkinan besar disebabkan adanya perubahan kondisi dunia Islam pada kekhalifahan beliau, di mana wilayah kekuasaan Islam semakin luas dan banyaknya negeri-negeri yang masuk ke dalam pangkuan Islam. Kini dalam Islam telah masuk berbagai ras dan bangsa yang berbeda. Sehingga, ada kesulitan untuk menyatukan mereka dalam satu manhaj. Di samping itu, mereka adalah pemeluk Islam baru dan Islam pun belum mengakar dalam diri mereka.

     Di sisi lain, kekayaan kaum Muslimin pada saat itu demikian banyak, sehingga manusia cenderung untuk boros dan senang untuk bersantai ria. Pada saat yang sama, sahabat-sahabat Rasulullah telah menyebar ke berbagai tempat dan pelosok. Sedangkan khalifah Utsman dikenal sebagai sosok yang lemah lembut, sangat penyabar dan sangat kasih sayang pada setiap orang. Beliau selalu menjauhi tindakan yang yang mengarah pada pertumpahan darah. Ditambah lagi usianya yang sudah sangat tua, yaitu 82 tahun.
     Perubahan ini mendorong orang-orang yang ingin melakukan fitnah untuk menyalakan api fitnah karena mereka rakus akan kekuasaan dan kedudukan. Selain itu, mereka juga ingin memecah belah kaum Muslimin dan kesatuan mereka.
     Berkobarlah fitnah besar di tengah kaum Muslimin yang dikobarkan oleh Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman yang berpura-pura msuk Islam. Orang ini berkeliling ke berbagai kota kemudian menetap di Mesir. Ia menaburkan keraguan di tengah kelompok tentang akidah mereka serta mengecam Utsman dan para gubernurnya. Ia gencar mengajak semua orang untuk menurunkan Utsman dan menggantinya dengan Ali, sebagai usahanya dalam menaburkan benih fitnah dan perpecahan.

     Maka, mulailah pecah fitnah di Kufah pada tahun 34 H/ 654 M. Mereka menuntut kepada khalifah untuk mengganti gubernur Kufah. Akhirnya Utsman menggantinya untuk memenuhi tuntutan mereka dan sebagai upaya untuk meredam gejolak fitnah.

     Setelah itu sejumlah besar orang datang menyerbu Madinah untuk mendebat khalifah. Mareka datang dari Kufah, Bashrah, dan Mesir secara bersamaan. Ali mencegah mereka dan menerangkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Apalagi, khalifah juga melakukan pembelaan terhadap dirinya dengan pembelaan yang sangat masuk akal. Maka pulanglah para pemberontak tersebut dengan tangan hampa dan kekecewaan.

     Abdullah bin Saba’ paham betul bahwa peluang yang telah ia bangun bertahun-tahun nampaknya akan lenyap begitu saja. Maka, ia mencari siasat licik dan mengatur strateginya. Ia membuat surat palsu atas nama khalifah, Ali, dan juga Aisyah yang di dalamnya berisi pernyataan bahwa khalifah akan mengundurkan diri dan Ali akan naik menggantikannya. Disebutkan pula bahwa siapa saja yang tidak setuju, maka orang tersebut akan dibunuh. Sebuah kedustaan yang sangat nyata sekali!

     Akhirnya para pemberontak kembali lagi ke Madinah. Mareka mengepung rumah Utsman bin Affan. Lalu beliau segera mengirimkan utusan kepada para gubernurnya, meminta mereka untuk mengirimkan pasukan ke Madinah.

     Maka di saat itu juga, terjadilah anarkisme di Madinah. Utsman meminta kepada para sahabat yang bersamanya agar tidak memerangi kaum pemberontak. Beliau secara terus-menerus meminta kepada mereka untuk tidak melakukan hal tersebut. Sebab, beliau menginginkan agar tidak terjadi suatu pertumpahan darah yang disebabkan oleh dirinya.

     Ada kabar bahwa pasukan bantuan akan segera tiba ke Madinah yang membuat pemberontak takut dan khawatir. Mereka kemudian memasuki rumah Utsman dengan cara melompati pagar rumahnya. Mereka membunuh beliau dengan pedang dan merampok harta Baitul Mal. Maka, terjadilah takdir Allah yang telah ditetapkan-Nya. Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzulhijjah tahun 35 H/ 656 M. Dengan demikian, usia kekhalifahan beliau adalah selama 12 tahun.

     Perlu dicatat, bahwa pembunuhan Utsman yang sebenarnya adalah sedang sakit.  Di antara yang diketahui adalah Al-Ghafiqi yang kemudian melarikan diri. Sedangkan yang lain tidak diketahui namanya. Oleh karena itu, mereka menisbatkan pembunuhan tersebut kepada para pemberontak sehingga wilayah konfliknya menjadi luas dan memiliki akibat yang sangat berbahaya.

     Pada akhirnya, peristiwa tersebut kemudian akan menjadi bencana bagi Islam dan kaum Muslimin.

     Walaupun begitu, beliau adalah salah satu dari sepuluh nama yang disebutkan oleh Rasulullah yang dijamin akan memasuki surga Allah.

     Seorang Tabi’in yang mulia, Abu Abdurrahman As-Sulami berkata, “Ketika Utsman dikepung oleh para pemberontak, beliau melihat mereka lalu berkata, ‘Saya bertanya kepada kalian atas nama Allah, dan saya tidak bertanya kecuali kepada para sahabat Nabi, bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang melengkapi perbekalan tentara pada Perang Tabuk, maka baginya surga!’ lalu aku pun melengkapi perbekalan mereka? Bukankah kalian tahu bahwa Rasulullah pernah bersabda, ‘Barangsiapa yang menggali sumur Rumah, maka baginya surga!’ lalu aku pun menggalinya?’.” Maka mereka (para sahabat) pun membenarkan perkataan Utsman tersebut. (HR. AL-Bukhari dan Muslim)

     Sebenarnya, Rasulullah sudah pernah mengabarkan tentang kesyahidannya. Dari Anas bin Malik ia berkata, “Suatu hari Rasulullah mendaki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Tiba-tiba gunung tersebut berguncang, maka beliau bersabda, ‘Tenanglah, wahai Uhud! Sesungguhnya yang ada di atasmu adalah seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua orang syahid’.” (HR. Al-Bukhari)

     Hadits di atas merupakan nash yang jelas dari lisan Rasulullah yang maksum, bahwa Utsman bin Affan termasuk salah seorang dari golongan syuhada, yaitu orang yang meninggal dunia sebagai syahid karena membela agama Allah.

     Abdullah bin Umar berkata, “Rasulullah pernah menyebutkan tentang suatu fitnah lalu beliau bersabda tentang Utsman, ‘Pada masa terjadinya fitnah tersebut, orang ini akan terbunuh dalam keadaan mazhlum (dizalimi)’.” (HR. At-Tirmidzi)


     Demikianlah kisah orang yang agung yang telah kita bahas, Utsman bin Affan. Semoga Allah merahmatimu wahai khalifah yang lurus, dan semoga Allah meridhaimu, wahai menantu dan sahabat sejati Rasulullah.




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Woy ceritanya gajelas

Unknown mengatakan...

Hey ceritanya gimana sihhhhh

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf