بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Tiga belas tahun setelah kelahiran Rasulullah, datanglah waktu kelahiran tokoh yang legendaris ini. Wajah Al-Khattab bin Nufail yang merupakan ayah dari Umar bin Al-Khattab,tampak cerah menerima ucapan selamat dari kaum kerabatnya dan terlihat begitu senang hatinya dengan kehadiran putra kecilnya tersebut. Kemudian ia menuju ke rumahnya untuk mengucapkan selamat kepada istrinya, Hantamah binti Hasyim serta dipilihnya Umar sebagai nama putra kecilnya yang baru lahir itu.
Yaitu untuk Umar bin Al-Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza. Nasab Umar bertemu dengan nasab Rasulullah pada jalur Ka’ab bin
Luay.
Nama keluarga beliau adalah Abu Hafsh,
yang berarti Bapaknya Singa sebagai lambing keberaniannya yang bagaikan auman
dan terkaman raja rimba.
Sedangkan nama gelarnya adalah Al-Faruq,
yang berarti orang yang dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Penulis akan langsung menceritakan
bagaimana proses keislaman dari tokoh legendaris ini. Suatu malam, beliau
keluar rumah hingga tiba di Masjidil Haram. Beliau menyibak kain penutup
Ka’bah, dan beliau melihat Rasulullah sedang menunaikan shalat. Saat itu
Rasulullah sedang membacakan salah satu firman Allah yang mulia, yaitu surat
Al-Haqqah. Umar bin Al-Khattab pun menyimak bacaan Al-Qur’an itu dan ia merasa
takjub terhadap susunan bahasanya. Ia berkata dalam hati, “Demi
Allah, sudah pasti ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan oleh
orang-orang Quraisy.” Lalu
Rasulullah membacakan ayat:
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah
yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 40
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 40
وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ
قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ
dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit
sekali kamu beriman kepadanya.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 41
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 41
Mendengar bacaan tadi, Umar bin Al-Khattab
pun berkata dalam hatinya, “Kalau begitu, ini pasti ucapan dari
tukang tenung.” Lalu Rasulullah
meneruskan bacaannya:
وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا
مَا تَذَكَّرُونَ
Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu
mengambil pelajaran daripadanya.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 42
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 42
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ
الْعَالَمِينَ
Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 43
QS:Al-Haaqqah | Ayat: 43
Beliau meneruskan bacaannya hingga akhir
surat seperti yang diceritakan Umar sendiri, maka mulai saat itulah cahaya
Islam mulai menyusup ke dalam hatinya yang dulunya keras terhadap Islam.
Inilah awal mula benih-benih Islam merasuk
ke dalam hati Umar bin Al-Khattab dan hal ini juga karena berkat dari doa
Rasulullah:
“Ya Allah,
kuatkanlah Islam dengan masuknya Umar bin Al-Khattab secara khusus” (HR. Ibnu Majah)
Maka Umar setelah itu datanglah ia ke
rumah Arqam bin Abu Al-Arqam— yang tak lain adalah tempat di mana Rasulullah
menyebarkan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi—untuk masuk Islam.
Membicarakan keutamaan Umar bin Al-Khattab
merupakan dorongan dan motivasi besar bagi kita agar dapat meniru dan
meneladaninya dalam segala hal aspek dunia dan akhirat. Allah menganugerahkan
kepada Umar bin Al-Khattab banyak keutamaan dan kelebihan yang dimiliki oleh
hamba-hamba Allah yang lain. Berikut ini beberapa contoh tentang keutamaan Umar
bin Al-Khattab:
- 1. Telah disebutkan dalam beberapa hadits shahih bahwa Umar bin Al-Khattab termasuk penghuni surga.
Sungguh hal ini merupakan keagungan dan
ketinggian dari kedudukan Umar bin Al-Khattab. Di waktu ia msih hidup,
diberitakan sebuah kabar gembira bahwa kelak ia akan memasuki surga Allah. Yang
sangat menakjubkan, berita itu bersumber dari lisan Rasulullah sendiri yang
perkataannya tak pernah didustakan sedikit pun.
Dari Sa’id bin Zaid, bahwa ia berkata, “Aku
bersaksi atas nama Rasulullah, aku mendengar bahwa beliau bersabda, ‘(Sepuluh sahabat yang akan memasuki surga adalah): (1) Abu
Bakar Ash-Shiddiq; (2) Umar bin Al-Khattab; (3) Utsman bin Affan; (4) Ali bin
Abu Thalib; (5) Thalhah bin Ubaidullah; (6) Az-Zubair bin Al-Awwam; (7)
Abdurrahman bin Auf; (8) Sa’ad bin Abu Waqqash; (9) Sa’id bin Zaid; (10) Abu
Ubaidah bin Al-Jarrah’.”
(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Rasulullah
pernah bersabda di atas bukit (gua) Hira bersama Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab,
Utsman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidullah, dan Az-Zubair bin
Al-Awwam. Tiba-tiba bukit tersebut bergetar, maka beliau pun bersabda, ‘Diamlah, sesungguhnya di atasmu tidak lain adalah seorang
nabi, seorang shiddiq, dan seorang syahid’.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
- 2. Seorang yang disegani, hingga setan akan lari terbirit-birit jika berpapasan dengannya.
Setan adalah faktor terbesar dalam
menjerumuskan manusia kepada tindakan kemaksiatan. Mereka adalah musuh terburuk
bagi manusia hingga Allah memerintahkan kepada umat manusia agar menjadikannya
sebagai musuh yang nyata. Begitulah peran berbahaya dari setan.
Namun keperkasaan dan kekuatan setan untuk
merayu manusia agar menjadi penghuni neraka Jahanam bersamanya bertekuk lutut
dan tidak berdaya di hadapan Umar bin Al-Khattab.
Rasulullah bersabda, “Demi
jiwaku yang berada di tangan-Nya, kamu tidak akan menjumpai setan berjalan pada
suatu jalan melainkan ia berjalan di jalan selain jalanmu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Rasulullah juga pernah bersabda kepada Umar,
“Sesungguhnya saya melihat setan-setan jenis
manusia dan jin berlarian dari Umar.”
(HR. At-Tirmidzi)
- 3. Kemuliaan Umar bin Al-Khattab tak sebatas pada keberaniannya, tetapi juga pada kebenaran dirinya.
Di bawah naungan tarbiyah nubuwah, Umar
menjadi sosok pribadi yang hatinya dipenuhi dengan cahaya kebenaran dan
keislaman. Hal ini membuahkan kejernihan dan keputihan hatinya. Oleh karena
itu, meluncurlah dari lisan Umar sebuah kebenaran yang luar biasa.
Ia
mengusulkan agar tawanan Perang Badar dipenggal, lalu Al-Qur’an turun
memberikan persetujuan. Ia berpendapat agar istri-istri Nabi Muhammad berhijad,
lalu Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Ia berpendapat untuk menjadikan
tempat Nabi Ibrahim saat berdiri mendirikan Ka’bah sebagai tempat shalat, lalu
Al-Qur’an turun memberikan persetujuan. Umar berkata kepada para istri Nabi
Muhammad pada waktu berkumpul dengan mereka sebab rasa cemburu di antara mereka
kepada beliau, “Apakah kalian akan menghentikan
tindakan kalian atau Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri
yang lebih baik daripada kalian?”
Kemudian ayat Al-Qur’an turun bersesuaian
dengan pendapat Umar bin Al-Khattab tersebut.
Allah berfirman:
عَسَىٰ رَبُّهُ إِنْ
طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ
مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi
ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang
beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa,
yang janda dan yang perawan.
QS:At-Tahriim | Ayat: 5
QS:At-Tahriim | Ayat: 5
Tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul wafat,
Rasulullah berdiri hendak menyalatinya, lalu Umar menarik baju beliau agar
tidak melakukannya seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ia
seorang munafik!” Lalu
beliau tetap menyalatinya, maka Allah menurunkan firman-Nya kepada beliau yang
berbunyi:
وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰ
أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا
بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah)
seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka
mati dalam keadaan fasik.
QS:At-Taubah | Ayat: 84
QS:At-Taubah | Ayat: 84
Umar adalah penjaga dan pemelihara Islam,
karena Allah menjadikan kebenaran pada lisannya. Ibnu Umar meriwayatkan dari
Rasulullah bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan
kebenaran pada llisan dan hati Umar.”
(HR. At-Tirmidzi)
Ibnu Umar berkata, “Tidaklah
ada suatu perkara yang terjadi di kalangan para sahabat, lalu mereka
membahasnya begitu pula Umar, melainkan Al-Qur’an turun sesuai dengan pendapat
Umar.”
- 4. Ia adalah salah satu orang yang mendapatkan ilham dari Allah.
Suatu keistimewaan luar biasa yang Allah
anugerahkan kepada hamba-Nya ini. Yaitu hatinya telah dibisikkan sesuatu oleh
Allah untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara hidayah dan
kesesatan, antara kekufuran dan keimanan, dan antara ketaatan dan kefasikan.
Rasulullah bersabda, “Sungguh
pada umat-umat terdahulu sebelum kalian, ada orang-orang yang diberi ilham,
maka jika ada pada umatku seorang saja, sesungguhnya itu adalah Umar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
- 5. Salah satu penyebab kejayaan Islam.
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kita
senantiasa dalam kemuliaan sejak Umar masuk Islam.” (HR. Al-Bukhari)
Umar dikenal di masa Jahiliyah sebagai
orang yang sangat pemberani. Oleh karena itu, Rasulullah sangat berharap
terhadap keislamannya hingga beliau berdoa, “Ya Allah,
muliakanlah Islam dengan Umar bin Al-Khattab dan Amr bin Hisyam.”
Doa Rasulullah terkabul dan terbukti
dengan keislaman Umar sehingga barisan kaum Muslimin semakin kuat dan perkasa.
Umar mengajak kaum Muslimin agar menampakkan keislamannya dengan
terang-terangan.
Kepribadian Umar bin Al-Khattab sungguh
sangat menakjubkan. Mengenali aspek kepribadiannya bagaikan bahtera yang
berlayar di samudera yang luas tak berpantai. Butiran-butiran mutiara-mutiara
kebaikannya tak pernah sirna sepanjang masa dan zaman. Berikut paparan sebagian
kepribadian Umar, sosok pemimpin hebat nan tangguh:
- a. Kesederhanaannya.
Tatkala harta rampasan perang dari tentara Raja
Persia dikirim kepada Umar untuk dibagikan kepadanya dan kaum Muslimin,
tiba-tiba beliau membandingkan dengan pandangan mata dan pandangan hatinya
antara kehidupannya dengan kehidupan kedua sahabatnya, yaitu Rasulullah dan Abu
Bakar. Maka ia mendapati bahwa Allah telah menyelamatkan keduanya dari melihat
harta yang menggoda tersebut. Maka ia pun takut jika diuji dengan harta
tersebut sebagai kenikmatan yang menyeret seseorang kepada kebinasaan. Ia pun
menangis seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah
mencegah harta ini dari Rasul-Mu, padahal beliau lebih Engkau cintai dan lebih
mulia di sisi-Mu daripada aku. Dan engkau telah mencegahnya dari Abu Bakar,
padahal ia lebih Engkau cintai dan lebih mulia daripada aku. Kemudian Engkau
memberikannya kepadaku, maka aku berlindung kepada-Mu dari harta yang telah
Engkau berikan kepadaku untuk
mencelakakanku.”
Kemudian beliau pun menangis hingga
orang-orang yang ada di sekitarnya
merasa kasihan kepadanya. Lalu ia berkata kepada Abdurrahman bin Auf, “Aku
bersumpah kepadamu agar menjualnya lalu membagikannya kepada manusia sebelum
datangnya sore hari.”
Ahnaf bin Qais berkata, “Ketika
kami sedang duduk-duduk di pintu rumah Umar, tiba-tiba lewatlah seorang budak wanita.
Orang-orang berkata, ‘Ini budak wanita milik Amirul
Mukminin.’ Mendengar itu, Umar membantah, ‘Bukan,
ia bukan milik Amirul Mukminin, Tapi termasuk dari harta Allah.’ Lalu
kami bertanya, ‘Lalu apa boleh baginya dari harta
Allah?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya tidak
halal bagi Umar dari harta Allah kecuali dua pakaian, satu pakaian untuk musim
panas serta apa yang saya pakai untuk haji dan umrah. Makananku dan keluargaku
tidak berbeda dengan apa yang dinamakan oleh salah seorang Quraisy’.”
Ketika pada masanya terjadi musim
paceklik, maka selama setahun beliau tidak pernah makan daging atau minyak
samin.
Qatadah berkata, “Umar
mengenakan jubah dari wol yang bertambal padahal beliau adalah khalifah. Ia
berkeliling di pasar-pasar dengan membawa tongkat kecil di pundaknya untuk
mendidik orang-orang.”
Anas berkata, “Aku melihat
empat tambalan di baju Umar di antara dua pundaknya.”
Suatu hari beliau menjenguk Ashim,
putranya. Beliau mendapati anaknya sedang memakan daging, lalu Umar berkata, “Apa
ini?” Ashim menjawab, “Kami
sedang berselera untuk memakan daging.”
Umar berkata, “Apakah setiap kali engkau berselera
terhadap sesuatu engkau akan memakannya? Cukuplah sebagai pemborosan jika
seseorang memakan semua yang diinginkannya!”
- b. Kedermawanannya.
Tangan kedermawanan Umar laksana angin
yang berhembus. Ia berlomba-lomba dengan Abu Bakar untuk menginfakkan hartanya
di jalan Allah. Ia ingin sekali mengalahkan Abu Bakar dalam hal kebaikan.
Abu Dawud dan At-Tirmidzi meriwayatkan
dari Umar bin Al-Khattab, ia berkata, “Rasulullah
menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu saya sedang
memiliki harta. Lalu saya katakan, ‘Hari ini saya akan
mengalahkan Abu Bakar, di mana saya tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum
ini. Saya datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan separuh dari harta milik
saya. Rasulullah bertanya kepada saya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk keluargamu?’ Saya katakan kepada Rasulullah bahwa saya meninggalkan
seperti apa yang saya infakkan. Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah
dengan menginfakkan semua hartanya. Rasulullah pun menanyakan kepadanya, ‘Lalu apa yang kau sisakan untuk
keluargamu?’
‘Saya menyisakan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.’ Saya pun berkata setelah itu bahwa saya tidak mungkin dapat
mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya’.”
- c. Rasa Takutnya Kepada Allah.
Anas bin Malik berkata, “Aku
pernah memasuki suatu kebun, lalu aku mendengar Umar berkata—antara aku dan ia
terhalang sebuah tembok—, ‘Umar bin Al-Khattab, Amirul
Mukminin, ah!!! ah!!! sungguh engkau harus takut kepada Allah, wahai Anak
Al-Khattab! Atau kalau tidak maka Allah akan menyiksamu!’.”
Al-Hasan berkata, “Kadang-kadang
ketika Umar memaca satu ayat dari bacaan rutinnya, maka ia terjatuh sakit
hingga dijenguk berhari-hari.”
Muhammad bin Sirin berkata, “Suatu
hari, Mertua Umar bin Al-Khattab datang menemuinya, lalu ia meminta kepada Umar
supaya memberinya sejumlah uang dari Baitul Mal. Umar membentaknya seraya
berkata, ‘Engkau ingin agar aku menghadap Allah sebagai
raja yang berhianat?’ Kemudian Umar memberinya dari hartanya sendiri
sebanyak 1.000 dirham.”
Demikianlah sikap wara’ dari Umar bin
Al-Khattab, hingga An-Nakha’i berkata, “Sesungguhnya
Umar biasa berdagang padahal beliau adalah seorang khalifah.”
Abdullah bin AUmar berkata, “Aku
tidak pernah melihat Umar marah lalu disebut nama Allah di sisinya atau
seseorang membaca ayat Al-Qur’an, melainkan marahnya akan berhenti dan segera
mengurungkan niatnya.”
- d. Sosok Problem Solver.
Umar bin Al-Khattab adalah sosok yang teguh
hatinya dan mempunyai pertimbangan yang matang dalam menentukan kebijakan.
Dalam menghadapi problematika yang melanda kaum Muslimin, ia senantiasa mencari
solusinya dan jalan keluar untuk kemaslahatan umat.
Salah satu contoh bahwa Umar adalah sosok
problem solver adalah saat minuman keras masih dihalalkan pada kaum Muslimin.
Umar berpendapat bahwa minuman keras akan menghilangkan akal dan menghabiskan
harta kemudian ia berdoa, “Ya Allah, berilah penjelasan kepada
kami tentang perihal minuman keras, karena sesungguhnya ia dapat menghilangkan
akal dan harta.” Kemudian
turunlah wahyu kepada Rasulullah:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا
مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ
الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا
صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَفُوًّا غَفُورًا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir
atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci);
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
QS:An-Nisaa | Ayat: 43
QS:An-Nisaa | Ayat: 43
Akan tetapi kebiasaan meminum minuman
keras di kalangan umat belum juga berhenti. Maka Umar kembali memohon kepada
Allah, “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami perihal
minuman keras dengan keterangan yang pasti, karena sesungguhnya ia dapat
menghilangkan akal dan harta.”
Kemudian turunlah ayat kepada Rasulullah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ
عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.
QS:Al-Maidah | Ayat: 90
QS:Al-Maidah | Ayat: 90
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ
أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ ۖ فَهَلْ أَنْتُمْ
مُنْتَهُونَ
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
QS:Al-Maidah | Ayat: 91
QS:Al-Maidah | Ayat: 91
- e. Peduli Terhadap Anak-Anak dan Janda.
Kepedulian Umar terhadap anak-anak merupakan
bukti nyata bahwa ia adalah orang yang sangat memperhatikan generasi mendatang.
Hal ini juga menjadi bukti bahwa ia lebih maju daripada peradaban modern.
Umar memandang bahwa subsudu bagi
anak-anak merupakan hak yang wajib diberikan. Ia berpendapat bahwa masalah
utama dalam memberikan hak-hak mereka semenjak mereka disapih. Umar menetapkan
subsidi bagi anak yang sedang menyusu 100 dirham. Manakala beranjak besar
menjadi 200 dirham. Kemudian Umar mengubah subsudi bagi anak-anak dan
menetapkannya semenjak lahir.
Hal ini ia lakukan setelah ia memergoki
seorang wanita yang tergesa-gesa menyapih anaknya. Ketika ditanya, wanita itu
menjawab, “Umar tidak memberikan subsidi kecuali hanya
bagi anak-anak yang sudah disapih.”
Jawaban wanita tersebut benar-benar menyadarkannya, hingga saat usai shalat
Umar berkata, “Berdosalah Umar! Betapa banyak
anak-anak kaum Muslimin yang ia bunuh.”
Lalu Umar meminta kepada seorang sahabat untuk mengumpulkan kaum Muslimin
seraya berkata, “Janganlah terburu-buru untuk menyapih
anak kalian. Sebab kami telah menetapkan subsidi untuk anak yang baru lahir.”
Kepedulian Umar juga meliputi para janda.
Oleh karena itu, ia menetapkan subsidi bagi para janda dan ia sangat peduli
agar setiap orang memperoleh haknya. Perhatiannya kepada para janda sebagai
realisasi sabda Rasulullah, “’Penyantun para janda dan
orang-orang miskin bagaikan mujahid yang berperang di jalan Allah.’ Aku (sang perawi hadits) menyangka
beliau bersabda, ‘Bagaikan orang yang menegakkan shalat
malam terus-menerus dan berpuasa tak terputus-putus’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq merasakan
telah dekat ajalnya, maka beliau berpikir mencari penggantinya untuk memimpin
kaum Muslimin. Sehingga beliau memutuskan untuk mengangkat Umar, lalu beliau
memanggil Utsman menulisnya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
“ini adalah
pernyataan Abu Bakar, khalifah Muhammad di saat akhir hidupnya di dunia, dan
mulai memasuki gerbang akhirat, di mana orang kafir beriman, orang yang zalim
yakin, dan pendusta akan jujur, aku mengangkat setelahku untuk memimpin kalian
yaitu Umar bin AL-Khattab. dengarkan dan taatilah ia. Sesungguhnya aku
menginginkan kebaikan untuk Allah, Rasul-Nya, agama-Nya, diriku dan kalian.
Jika ia berbuat adil, maka itulah dugaan dan ijtihadku tentangnya. Dan jika ia
berubah, maka aku tidak mengetahui perkara ghaib, setiap orang akan mendapatkan
apa yang diusahakannya. Dan orang-orang zalim akan mengetahui tempat kembali
mereka.”
Kemudian beliau memerintahkan berbaiat,
dan dibacakan kepada kaum Muslimin. Mereka berkata, “Kami
dengar dan kami taati.”
Setelah Umar bin Al-Khattab menjadi khalifah,
beliau memiliki jasa-jasa yang tak terlupakan, yaitu:
- 1. Perhatian Terhadap Umar.
Sebagai khalifah, hidup sahabat Nabi yang
dikenal dengan sebutan “Abu Hafsh” ini benar-benar didedikasikan untuk mencapai
ridha Ilahi. Ia berjuang demi kepentingan umat, dan benar-benar memperhatikan
kesejahteraan umat. Pada malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk
mengetahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya.
Suatu malam, beliau mendengar suara
samar-samar dari gubuk kecil, Umar pun mendekat dan memperhatikan dengan
seksama suara itu. Ia melihat seorang ibu yang sedang dikelilingi oleh
anak-anaknya yang sedang menangis. Ibunya kelihatan sedang memasak sesuatu.
Tiap kali anak-anaknya menangis, sang ibu berkata, “Tunggulah,
sebentar lagi makanannya akan matang.”
Sebuah rayuan darinya.
Umar pun penasaran. Setelah memberi salam
dan minta izin, ia pun masuk dan bertanya, “Mengapa
anak-anakmu tak berhenti menangis?”
“Mereka
kelaparan!” Jawab sang ibu.
“Mengapa
engkau tak memberikan makanan yang engkau masak dari tadi?” Tanya Umar.
“Tak ada
makanan. Periuk yang dari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan
mereka. Biarkanlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan
berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”
“Mengapa
engkau tidak meminta pertolongan kepada khalifah? Mungkin ia dapat menolongmu
dan anak-anakmu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Iatu akan membantu
kehidupanmu dan anak-anakmu.”
Ujar Umar menasehati.
“Khalifah
telah menzalimi saya…” Jawab sang
ibu.
“Bagaimana
khalifah bisa berbuat zalim kepadamu?”
Tanya Umar keheranan.
“Saya sangat
menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya dalam
kehidupan nyata. Siapa tahu ada banyak orang yang bernasib sama dengan saya.” Jawab sang ibu yang menyentuh hati Umar.
Umar berdiri dan berkata, “Tunggu
sebentar, saya akan kembali.”
Walaupun malam semakin larut, ia bergegas
menuju ke Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum di pundaknya. Satu sahabatnya,
ingin menawari bantuan kepada khalifah karena merasa kasihan. Tapi dengan tegas
Amirul Mukminin Umar menjawab, “Apakah kamu mau memikul dosa-dosa saya
di akhirat kelak?”
- 2. Baitul Mal.
Orang yang pertama kali membuat system Baitul
Mal adalah Umar bin Al-Khattab, yaitu pemasukan zakat dari kaum Muslimin dan
pembayaran jizyah dari kaum kafir yang meminta perlindungan dari Islam,
seperlima dari hasil rampasan perang, dan warisan dari orang Muslim yang
meninggal yang tidak mempunyai ahli waris. Baitul Mal yang lepas dari
kezaliman, bersih dari perbuatan-perbuatan para raja yang mengambil harta
rakyatnya dengan kezaliman. Adapun penyaluran uang Baitul Mal; zakat yang
diberikan kepada orang yang berhak menerima zakat. Jizyah disalurkan di jalan
Allah, yaitu untuk membiayai pasukan perang. Seperlima hasil rampasan untuk
Allah dan Rasul-Nya, kerabatnya, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin serta
orang yang dalam perjalanan.
- 3. System Administrasi Rapi.
Sahabat Umar adalah seorang administrator yang
ulung. Bukti dan kenyataan dari hal tersebut adalah semenjak ia memegang tampuk
kekhalifahan.
Pekerjaan pertama yang dilakukan olehnya
adalah menetapkan penanggalan atau kalender Hijriyah.
Alasannya, surat-surat administrasi yang
disampaikan kepadanya oleh para pegawai pemerintahan dan para panglima
perangnya, hanya mencantumkan tanggal dan bulan saja, tanpa tahun. Hal ini
disebabkan umat Islam belum memiliki kalender khusus yang mereka miliki.
Melihat hal itu, Umar merasa prihatin dan
meminta para sahabat agar menetapkan kalender bagi kaum Muslimin. Umar
mengusulkan agar menjadikan peristiwa hijrahnya Rasulullah ke Madinah sebagai
awal permulaan kalender Islam. Alasannya, hijrahnya Rasulullah merupakan
pondasi awal bagi pembentukan Negara Islam yang mencakup Jazirah Arab di bawah
naungan panji-panji Islam, kemudian meluas hingga mencakup Mesir, Irak, dan
sebagian besar negeri Persia.
Pekerjaan kedua yang dilakukan olehnya
yaitu membagi harta rampasan perang.
Hasil pajak dan upeti dibagi 4/5-nya bagi
bala tentaranya, sedang sisanya untuk Umar. Apabila seseorang memiliki tanah,
ia mempunyai hak untuk memetik hasilnya dengan memberikan pajak penghasilan.
Umar juga menerima 1/5 dari pajak bumi dan upeti, yang dibebankan bagi musuh
yang kalah nerperang dan enggan untuk memeluk Islam.
Dengan demikian, beliau memiliki harta
yang banyak dan melimpah. Ia mendirikan sebuah kantor yang mengurusi semua
harta yang masuk padanya agar dapat dibagikan kepada umatnya secara adil dan
merata. Umar menyuruh kepada tiga orang Quraisy agar masing-masing mendata
warga kabilahnya yang dimulai dari warga Bani Hasyim. Tujuan itu semua adalah
bahwa harta tidak boleh dibagikan kecuali untuk tujuan yang baik dan jelas,
yaitu biaya untuk memperkuat armada perang. Apabila mereka berperang, Amirul
Mukminin wajib memberikan hak mereka dari harta tersebut dan membiarkan mereka
berhak atas harta rampasan. Umar juga menetapkan hak-hak bagi para keluarga dan
janda-janda mereka.
Umar menyerahkan hak tersebut kepada
umatnya, dengan caranya sendiri. Beliau memulainya dari keluarga Rasulullah
baru kemudian kaumnya, sesuai dengan fungsi dan jabatannya. Saat memberikan
hak, ia mengurutkan umatnya sesuai jangka lamanya seseorang memeluk Islam,
pengorbanannya bagi Islam dan ketekunannya dalam membaca Al-Qur’an. Bagi kaum
Muhajirin sebelum peristiwa penaklukan Mekkah, Umar menetapkan hak mereka
sebesar 3.000 dirham setiap tahun, dan bagi orang yang ikut Perang Badar
sebanyak 5.000 dirham. Sedangkan bagi yang ikut hijrah ke Habasyah dan
mengikuti Perang Uhud memperoleh jatah 4.000 dirham. Sementara bagi keluarga
yang ditinggal Perang Badar memperoleh bagian sebanyak 3.000 dirham kecuali
Hasan dan Husain. Umar memberikan mereka sebanyak 5.000 dirham. Dan bagi Usamah
bin Zaid sebanyak 4.000 dirham. Mengetahui pembagian ini, putranya yang bernama
Abdullah bin Umar protes, “mengapa engkau menetapkan bagiku hanya
sebesar 3.000 dirham, sedangkan bagi Usamah engkau berikan 4.000 dirham?”
Umar menjawab, “Aku
melebihkan bagiannya karena ia lebih dicintai oleh Rasulullah daripada engkau,
dank arena ayahnya lebih dicintai Rasulullah daripada ayahmu.”
- 4. Ekspansi di Zaman Umar.
Setelah orang-orang membaiat Umar, beliau
langsung melanjutkan tugas-tugas yang diemban Abu bakar. Di antaranya adalah
meneruskan penaklukkan kota-kota di Syam, Persia dan Benua Afrika. Sehingga
banyak kota yang dibebaskan di masa kekhalifahan Umar bin Al-Khattab. kota
tersebut meliputi Babel, Basath, Jalaula, Masabdzan, Al-Ahwaz, Nahawand,
Khurasan, Sijistan, Damaskus, Homs, Mesir, dan kota-kota lainnya. Zaman
kekhalifahan Umar termasuk zaman yang gemilang dengan melimpahnya harta, hingga
anak yang masih dalam kandungan pun sudah diberikan jatah untuk kehidupannya
oleh Amirul Mukminin Umar.
- 5. Pembangunan Kota.
Ada
dua pembangunan kota besar setelah Madinah dan Mekkah, yaitu:
- a) Kota Kufah.
Kota ini dibangun pada tahun 17 H.
Arsiteknya adalah Abu Hayyaj bin Malik. Ia menjadikan lebar jalan utamanya
yaitu 14 kaki, dan jalan kecilnya 7 kaki. Pertama kali yang dibangun adalah
masjid, dan di sana dibangun juga sebuah istana Kufah dan rumah-rumah
penduduknya secara teratur, baik bentuk bangunannya maupun jarak antara
rumah-rumahnya. Kota ini terletak di tepi sungai sebelah barat sungai Eufrat,
di antara kedanya dibatasi kebun-kebun kurma yang saling berdekatan, dan
hijaunya dapat dilihat sejauh mata memandang.
- b) Kota Bashrah.
Pada tahun yang bersamaan juga dibangun
kota Bashrah, sebuah kota yang terletak di dekat teluk Persia di sebelah kota
Dajlah.
Umar bin Al-Khattab menjadikan ibukota
Iraq menjadi dua bagian; sebelah atas ibukotanya adalah Kufah dengan
gubernurnya adalah Sa’ad dan di sebelah bawah ibukotanya adalah Bashrah dengan
gubernurnya adalah Utbah.
- 6. Pembentukan pos-pos perhubungan
Di antara system informasi yang baru pada
zaman Umar bin Al-Khattab adalah beliau membuat pos-pos di setiap 50 mil yang
dihuni oleh beberapa orang disertai seekor kuda. Kegunaan pos ini adalah ketika
Amirul Mukminin Umar memberikan perintah lewat surat kepada panglima atau
gubernurnya di daerah yang biasa ditempuh selama sebulan dapat ditempuh dengan
waktu setengahnya. Cara kerjanya adalah disetiap utusan itu berhenti, ia bisa
beristirahat di pos itu dan memberikan surat tersebut kepada penjaganya, lalu
penjaga tersebut mengantarkan surat tersebut kepada pos penjaga selanjutnya,
dan begitulah seterusnya.
Demikianlah jasa-jasanya terhadap
perkembangan kaum Muslimin.
Karena sifatnya, ia mendapatkan pujian
dari para sahabat. Abu Bakar berkata, “Tidak ada
seorang lelaki yang lebih aku cintai di muka bumi ini selain dari Umar bin
Al-Khattab.”
Abu Bakar tidak melihat orang yang lebih
tepat untuk memegang jabatan kekhalifahan sepeninggal beliau selain Umar bin
Al-Khattab, maka beliau pun berwasiat agar penggantinya sebagai khalifah adalah
Umar. Ketika orang-orang bertanya kepada Abu bakar, “Apa
yang akan engkau katakan kepada Allah kelak nanti sementara engkau telah
menunjuk Umar bin Al-Khattab sebagai khalifah?” Abu Bakar pun menjawab, “Akan
aku katakan kepada-Nya, bahwa aku menunjuk pemimpin mereka orang yang terbaik
di antara mereka.”
Ibnu Umar berkata, “Kami
memilih siapa orang yang terbaik pada zaman Rasulullah, lalu kami memilih Abu
bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman.”
(HR. Al-Bukhari)
Ibnu Umar berkata, “Aku
tidak melihat seorang lelaki pun setelah wafatnya Rasulullah, orang yang tegas
dan pemurah selain Umar.”
Hudzaifah bin Al-Yaman berkata, “Demi
Allah, aku tidak mengetahui seorang lelaki yang tidak takut di jalan Allah
kepada celaan orang-orang yang suka mencela selain Umar.”
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya
masuk Islamnya Umar merupakan penaklukan, hijrahnya adalah sebuah kemenangan,
dan kekhalifahannya adalah sebuah rahmat.”
Keberhasilan Umar bin Al-Khattab dalam memerdekakan
Negara dunia yang cukup luas, membuat musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan
dendam, terlebih Yahudi dan Nasrani.
Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk
melakukan pembunuhan terhadap Umar. Hingga terlaksananya pembunuhan yang
dilakukan oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Lu’luah Al-Majusi. Ia
adalah budak milik Mughirah bin Syu’bah yang menikan beliau dengan 6 tikaman
dengan belati yang memiliki dua mata kail hingga melukai Umar dan beberapa
sahabat ketika sedang menunaikan shalat subuh. Tatkala seseorang mengetahui
larinya, ia pun melempar mantel ke arahnya, maka seketika itu juga Abu Lu’luah
bunuh diri. Akhirnya Umar syahid pada tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi
khalifah selama 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun dengan gelar
syahid.
Anas bin Malik berkata, “Bahwa
Rasulullah, Abu Bakar, Umar, dan Utsman naik gunung Uhud, kemudian gunung itu
berguncang. Maka Rasulullah bersabda, ‘tetaplah, wahai
gunung Uhud, sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang shiddiq, dan dua
orang syahid’.” (HR.
Al-Bukhari)
Abu Lu’luah membunuh Umar karena rasa
ketidakpuasannya atas keadilan yang diberikan oleh Umar terhadapnya menyangkut
permasalahan upeti dan dihancurkannya kerajaan Persia. Abu Lu’luah pernah
mengadu kepada Umar tentang berat dan benyaknya upeti yang harus
dikeluarkannya. Tetapi Umar menjawab, “Upetimu
tidak terlalu banyak.” Kemudian
ia menggerutu, “Keadilam Umar menyangkut semua orang
kecuali aku.”
Ketika diberitakan kepada Umar bahwa yang
membunuhnya adalah Abu Lu’luah, maka khalifah Umar berkata, “Segala
puji bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku
Muslim.”
Kemudian Umar berwasiat kepada putranya, “Wahai
Abdullah, periksalah utang-utangku!”
Menjelang wafatnya, beliau membentuk dewan
pemilihan khalifah yang terdiri dari 6 orang sahabat, yaitu Utsman bin Affan,
Ali bin Abu Thalib, Sa’ad bin Abu Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Az-Zubair bin
Al-Awwam, dan Thalhah bin Ubaidullah.
Setelah itu Umar juga memerintahkan
putranya untuk menghadap Ummul Mukminin Aisyah guna meminta izin untuk
dikuburkan berdampingan dengan kedua sahabatnya, yaitu Rasulullah dan Abu
Bakar.
Maka Aisyah pun memberikan izin kepadanya.
Maka selesailah tugas kekhalifahan Umar
dalam mengendalikan roda kepemimpinan kaum Muslimin.
Akhirnya Amirul Mukminin Umar bin
Al-Khattab pun meninggalkan dunia yang sementara ini dan menghadap kepada Allah
Yang maha Esa. Allah dan Rasul-Nya telah memberikan kabar gembira kepadamu:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah
bersabda, “Ketika aku tidur, aku bermimpi berada di
surga. Ada seorang wanita berwudhu di samping istana, aku bertanya, ‘Punya siapa istana ini?’ mereka menjawab, ‘Kepunyaan Umar.’ Maka aku teringat akan rasa
cemburumu. Lalu aku pun berpaling ke belakang. Maka Umar pun menangis dan
berkata, ‘Apakah kepadamu aku akan cemburu, wahai
Rasulullah?’.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)
Ali bin Abu Thalib berkata bahwa
Rasulullah bersabda, “Abu Bakar dan Umar adalah penghulu
para penghuni surga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama
sampai orang-orang yang terakhir, selain para nabi dan rasul. Janganlah engkau
beri tahu kepada mereka berdua—wahai Ali—ketika mereka berdua masih hidup.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, dishahihkan
oleh Al-Albani)
Abdullah bin Abbas berkata, “Ketika
Umar telah diletakkan di atas pembaringannya (setelah ditikam), maka
orang-orang mengelilingi dan mendoakannya sebelum beliau diangkat. Ketika itu
aku berada di antara mereka, tiba-tiba seorang lelaki muncul dari belakangku
sambil memegang pundakku. Ternyata ia adalah Ali bin Abu thalib. Ia mendoakan
rahmat bagi Umar seraya berkata, ‘Tidaklah aku
tinggalkan seorang lelaki yang aku ingin menghadap kepada Allah dengan membawa
amal seperti amalnya selain engkau, wahai Umar. Demi Allah, aku menduga bahwa
Allah akan mengumpulkanmu bersama kedua sahabatmu, karena serig sekali aku
mendengar Rasulullah bersabda, ‘Aku pergi
bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar
bersama Abu Bakar dan Umar’.’.” (HR. Al-Bukhari)
Selamat berbahagia, wahai pahlawan yang
gagah berani dan perkasa. Surga yang Allah janjikan telah siap menanti dirimu
yang mulia!
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
0 komentar:
Posting Komentar