Selasa, 17 Desember 2013

Kondisi Umat Nasrani saat Muhammad Diutus.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

a.   Kondisi keagamaan

     Penyelewengan dan penyimpangan ajaran tidak hanya terjadi pada agama Yahudi, tetapi juga pada agama Nasrani. Dr. Muhammad Al-Ghaidz telah melakukan studi terhadap sejarah bagian-bagian dari Kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes) yang asli dan sejauh mana keabsahan penisbatan bagian-bagian itu dengan para penulisnya. Dari temuan-temuan tersebut, ia menyimpulkan sebagai berikut:

     “Kami telah menerangkan tentang sejarah bagian-bagian dari Kitab Injil yang asli dan sejauh mana keterkaitan masing-masing dengan para penulisnya. Dari kajian tersebut dapat disimpulkan: pertama, ada missing-link antara Injil Matius yang asli dengan yang beredar saat ini. Pada Injil Matius saat ini tertera beberapa hal baru yang disisipkan oleh penerjemahnya dari bahasa Ibrani ke bahasa Yunani. Sebagaimana dialami oleh para pelaku studi kritik, kami juga belum tahu pasti apakah sang penerjemah telah menambahkan hal-hal baru (catatan kaki dan penafsiran-penafsiran) dalam terjemahannya, apakah ia benar-benar seorang penerjemah yang dapat dipercaya dalam usahanya menerjemahkan kitab tersebut.

     Kedua, hilangnya isi asli Injil yang berbahasa Ibrani sebelum penerjemahan itu dilakukan, juga tidak disebutkannya nama sang penerjemah, telah mengurangi kredibilitas isi Injil itu sendiri. Ada dugaan kuat bahwa Injil tersebut merupakan karya salah satu murid Matius yang berjumlah 10 orang.

     Ketiga, Markus tidak termasuk golongan hawariyyin (pengikut Isa a.s.), dan ia menulis Injil dari gurunya, Petrus.

     Keempat, Injil Lukas juga tidak dapat dikatakan sebagai risalah yang memuat berbagai peristiwa yang diceritakan oleh para pendahulu penulisnya. Kitab ini pun tidak bersih dari pemalsuan-pemalsuan yang dipengaruhi oleh berbagai kepentingan hawa nafsu. Singkatnya, kitab ini perlu diteliti lebih cermat dengan selalu berpegang pada pertimbangan bahwa Lukas sendiri tidak termasuk pengikut Isa. Kemungkinan ia adalah salah satu murid Paulus yang diduga keras menjadi dalang pemalsuan dan penyimpangan ajaran Nasrani.

     Terlihat dengan jelas pula, Yohanes maupun Injil yang ditulisnya menuai banyak tanda Tanya. Hal itu tampak setelah kita melihat beberapa bukti ketika membicarakan tokoh yang satu ini, apalagi, pada detik-detik terakhir kehidupannya, ia banyak bergelut dengan filsafat dan ide pemikiran Helenik.

     Catatan
     Para pengikut setia Al-Masih tidak memahami sebagian besar ajaran Al-Masih, kecuali setelah diterangkan dengan permisalan. Yang demikian itu karena Isa selalu mengungkapkannya dalam bentuk rumusan-rumusan tertentu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Injil-Injil saat ini sangat jauh dari wahyu Ilahi, dan antara Injil-Injil tersebut dengan “wahyu langit” nyaris tidak memiliki keterkaitan sama sekali. Singkat kata, dapat dikatakan bahwa Injil-Injil yang ada saat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Injil Al-Masih, kecuali dalam beberapa hal tertentu saja. Di dalam Injil-Injil saat ini masih ada beberapa baris kalimat yang memang datang dari ajaran Al-Masih. Namun, yang demikian itu sedikit sekali (<18%). Yakni terkait dengan beberapa poin yang bisa digunakan untuk membuktikan kebenaran Injil-Injil tersebut di hadapan Rasulullah dan Kitab Allah yang sempurna, Kitab Allah yang agung. Terkait dengan hal ini, Ibnu Hazm Azh-Zhahiri (Al-Milal wa An-Nihal, juz. I, hlm. 116) menulis satu pasal tersendiri yang membahas berbagai kontradiksi dan pemalsuan yang mewarnai kitab Taurat maupun empat kitab Injil yang banyak digunakan oleh umat Kristen dewasa ini.

     Bahkan ajaran ini telah dicampuradukkan dengan berbagai macam paham penujaan berhala dan mitos-mitos dari Yunani dan Romawi. Akibatnya, sedikit demi sedikit ajaran Isa Al-Masih pun punah dan agama Nasrani perlahan-lahan berubah menjadi agama pemujaan berhala yang dari abad kea bad terus merongrong setiap manusia, ilmu pengetahuan, pemikiran, dan logika. Di antara dari bukti konkrit dari semua itu adalah seperti yang disampaikan oleh seorang Eropa bernama James Houstom Baxter (History of Christianity in The Light of The Modern Knowledge, hlm. 407 <Glasgow, 1926>). Adapun terjemahannya kira-kira sebagai berikut:

     “Zaman pemujaan berhala memang telah berakhir. Namun, bukan berarti paham tersebut hancur sama sekali. Akidah ini terus menyelinap ke dalam jiwa manusia. Berbagai praktik dan unsurnya senantiasa muncul ke permukaan dengan mengatasnamakan agama Nasrani dan dalam bentuk yang berbeda. Terlihat, orang-orang yang dulunya meninggalkan pemujaan tuhan-tuhan dan dewa-dewa, kini beralih memuja para pahlawan bangsa mereka masing-masing. Mereka menyematkan berbagai macam atribut ketuhanan kepada para pahlawan itu, kemudian mengabadikan mereka dengan sebuah patung.

    Demikianlah, kemusyrikan dan pemujaan berhala itu hanya mengalami perubahan bentuk, yakni beralih kepada pemujaan para pahlawan dan tokoh-tokoh agama. Praktik-praktik semacam ini masih berlangsung hingga sekarang dan justru semakin meluas. Bahkan kini muncul satu keyakinan baru bahwa para tokoh agama memiliki sifat-sifat ketuhanan sehingga mereka menjadi makhluk penengah antara Allah dan manusia.

     Keyakinan inilah yang kemudian mengorbitkan para pemimpin agama Nasrani menjadi symbol kesucian dan pencerahan abad pertengahan. Lebih dari itu, nama-nama hari besar yang dulunya diyakini kaum penyembah berhala pun banyak diubah dengan nama baru. Sebagai contoh, sejak tahun 400 M, hari raya Syamsu Al-Qadim (Sang Matahari Abadi) diganti menjadi hari raya kelahiran Isa Al-Masih.

     Pada akhir uraian studinya tentang unsure pemujaan berhala di dalam agama Kristen ini, Dr. Abdul Ghaidz menutupnya dengan pernyataan seperti ini, “Begitulah kondisi akidah paganism pada masa-masa penindasan umat Kristen. Pengikutnya mengalami pasang surut sejalan dengan dukungan masyarakat Kristen terhadap para penguasa Romawi dan loyalitas mereka terhadap patung Kaisar. Hal itu mereka lakukan di bawah tekanan dan ancaman para penguasa Romawi yang keji dan kejam. Dalam catatan sejarah perjalanan agama Kristen, barangsiapa menentang kebijakan parapemimpin Romawi tersebut akan dihukum dengan dibakar dan dibunuh. Itu sebabnya orang-orang Kristen saat itu sangat taat dan patuh menjalankan penyembahan berhala, setelah sekian lama terjadi tarik-menarik antara mempertahankan kemurnian ajaran Kristen dengan menjalankan paganism. Walhasil, setiap kali agama ini masuk ke suatu wilayah yang mayoritas penduduknya menyembah berhala, Kristen akan mengakui penyembahan berhala itu sebagai dari ajaran Kristen.

     Pada tahap berikutnya, para pendeta Kristen mulai mengada-adakan hal baru. Misalnya, mereka memasukkan hal-hal yang tidak masuk akal di dalam Injil-Injil mereka. Terkait dengan realitas ini, Ibnu Hazm (salah satu perintis ilmu perbandingan agama) telah melontarkan satu kesimpulan penting dari hasil kajiannya terhadap sumber-sumber asli ajaran Kristen. Dalam salah satu pembahasannya, Ibnu Hazm mendiskusikan akidah umat Kristen ini sebagai berikut, “Menurut keyakinan keturunan Ya’qub, Al-Masih adalah Allah sendiri. Akibat pembangkangan mereka, Allah mati dengan cara disalib dan disiksa. Dan akibat kematian Allah, alam semesta dan bintang-bintang di langit pun terlantar tidak ada yang mengatur selama tiga hari. Setelah itu, Allah bangkit kembali seperti sedia kala. Dan sesungguhnya Allah itu kembali baru dan yang baru ini kembali Qadim (Yang Maha Terdahulu). Dan Allah berada di perut Maryam saat ia mengandung-Nya.

     Itulah keyakinan dan pernyataan para penganut Kristen tentang Tuhan. Al-Qur’an berulangkali membantah dan mengingatkan kaum beriman akan kesesatan dari sejumlah keyakinan dan pernyataan di atas. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah berfirman:
  • 1.      Firman Allah:


لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. QS:Al-Maidah | Ayat: 72
  • 2.      Firman Allah:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. QS:Al-Maidah | Ayat: 73
  • 3.      Firman Allah:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". QS:Al-Maidah | Ayat: 116

     Seandainya Al-Qur’an tidak mengingatkan hal tersebut, tidak mustahil orang-orang Mukmin juga akan mengucapkan pernyataan-pernyataan yang sombong, keji, buruk, dan bodoh itu! Demi Allah, seandainya kita tidak melihat perilaku orang-orang Kristen, tentu kita tidak akan percaya bahwa di dunia ini ada akal yang sedemikian tak waras. Ya Allah, semoga Engkau menjauhkan kami dari pendustaan-pendustaan tersebut…

     Adapun bantahannya terhadap keyakinan dan pemikiran orang-orang Kristen tadi, Ibnu Hazm mengatakan, “Seharusnya mereka memberitahukan kita tentang siapa yang mengatur langit, bumi, dan bintang-bintang di langit saat ditinggal mati oleh Tuhan selama tiga hari. Kemudian, perlu dikatakan kepada mereka yang menyebutkan bahwa Tuhan itu ada tiga (trinitas): Tuhan Bapa, Tuhan Putra, dan Roh Kudus, ‘Tunjukkan kepada kami bahwa tiga Tuhan tersebut masih ada semua dan mereka adalah satu! Bila apa yang kalian katakana itu benar, mengapa ketiganya harus disebut Tuhan Bapa, Tuhan Putra, dan Roh Kudus? Kalian juga mengatakan bahwa ketiganya adalah satu. Bila demikian halnya, bukankah tentunya Tuhan Bapa adalah juga Tuhan Putra itu sendiri, atau sebaliknya Tuhan Putra adalah Tuhan Bapa itu sendiri? Nah, bukankah ini sangat bertolak belakang?’ Injil mereka sendiri sebenarnya telah membatalkan pendapat tersebut, yaitu ketika di dalamnya dikatakan, ‘Aku akan duduk di sebelah kanan Bapakku,’ dan ‘Sesungguhnya hanya Tuhan Bapa yang mengetahui datangnya Hari Kiamat itu, dan sesungguhnya Tuhan Putra tidak mengetahuinya.’ Bila demikian, bukankah Tuhan Putra itu bukan Tuhan Bapa? Berikutnya, apabila ketiganya adalah berbeda-beda—tetapu mereka tidak mengatakan demikian, berarti Tuhan Putra memiliki kekurangan dan kelemahan. Padahal, bukankah kelemahan bukan sifat dari Dzat yang terus-menerus ada?

     Adapun ringkasan dari kesimpulan Ibnu Hazm mengenai akidah mereka yang terdapat dalam tulisan Injil adalah sebagai berikut:

     “Inilah 70 jenis kebohongan dan kontradiksi yang tertera di dalam Injil-Injil mereka. Di antaranya ada beberapa pasal yang masing-masing berisi tiga jenis kebohongan secara langsung sehingga makin menurun tingkat kredibilitas kitab Injil mereka yang memang sudah sangat rendah.

     Di dalam Injil-Injil ini terdapat banyak sekali sebutan untuk Isa Al-Masih dan ungkapan-ungkapan tentang dirinya, misalnya: Putra Allah, Putra Yusuf, Putra Daud, anak manusia, Tuhan yang menciptakan dan membagi rezeki, Domba Allah, Dia berada di dalam Allah dan Allah berada dalam dirinya, Dia berada di dalam murid-muridnya dan mereka berada di dalam dirinya, Ilmu Allah dan kekuasaan-Nya, Dia tidak menghukum siapa pun dan tidak pernah pula melaksanakan kenginannya, Dia adalah Nabi Allah dan Putra Allah, Allah telah menyerahkan-Nya kepada musuh-musuh-Nya, Allah turun dari kekuasaan-Nya dan menyerahkannya kepadanya, Dia mengajarkan batas-batas mana yang diharamkan dan mana yang dihalalkan di langit dan di bumi, Dia merasa lapar dan butuh makanan, Dia merasa haus dan minum, Dia gemetar karena takut, Dia menaiki pohon tin bila tidak berbuah, Dia mengalami kegagalan, Dia menunggangi keledainya, Dia menampar wajahnya, Dia memukul kepalanya dengan tingkat, Dia dicambuk punggungnya dan cemeti, Dia terbunu karena tusukan, Dia mengolok-olok yang lain, Dia menyiramkan cuka ke tanaman Labu, Dia disalib di antara dua kayu, kedua tangannya menjadi cokelat karena kepanasan, Dia meninggal sesaat, dikuburkan, dan hidup kembali setelah kematiannya.

     Dikatakan pula bahwa dia tidak memiliki keinginan setelah hidup kembali dan berkumpul lagi dengan para pengikutnya, kecuali hanya minta makan. Lalu mereka memberinya makan berupa roti dan ikan paus panggang. Mereka juga memberinya minum berupa madu…

     Setelah menguraikan hal di atas, Ibnu Hazm juga menjelaskan beberapa bentuk kebohongan, kekufuran, dan kemusyrikan mereka yang terdapat di dalam kitab-kitab agama mereka selain Injil.

     Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai penyelewengan dan penyimpangan yang menimpa agama Yahudi dan Nasrani inilah yang melatarbelakangi diutusnya seorang Rasul lain—yaitu Muhammad bin Abdullah—untuk menyelamatkan umat manusia dari kesesatan. Agama yang baru ini tak lain diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Yakni, setelah sebelumnya mereka dipersiapkan agar bisa menerima ajaran agama ini.


b.   Kondisi Politik dan Sosial

     Pada permulaan abad ke-6 M terjadi perang besar antara umat Kristen Syam dan penguasa Romawi melawan umat Kristen Mesir. Atau, antara kelompok Milkaniyyah—yang diwakili para penguasa Romawi—dengan kelompok Manufisiyyah yang diwakili oleh masyarakat Koptik. Peperangan ini dipicu oleh adanya perbedaan di antara kedua kelompok ini seputar hakikat dan keadaan Al-Masih. Menurut kelompok Milkaniyyah, Al-Masih memiliki wujud ganda. Sebaliknya, kelompok Manufisiyyah berkeyakinan bahwa Al-Masih hanya memiliki satu wujud.

     Ironisnya, dunia Kristen saat itu juga tengah disibukkan oleh berbagai macam gejolak social. Pada sisi lain, mereka dituntut untuk bekerja keras memerangi kerusakan, mengadakan perbaikan, dan mengajak manusia pada kebaikan.

     Tercatat, umat Kristen Koptik di Mesir saat itu menghadapi beragam tekanan dikarenakan perbedaan akidah mereka dengan akidah Negara. Romawi bagian timur saat itu kondisi masyarakatnya sudah sangat memprihatinkan. Mereka sudah tidak percaya lagi kepada pemerintahan yang ada dan lebih menghormati penguasa-penguasa asing. Situasi dan kondisi ini pada akhirnya melahirkan berbagai huru-hara dan gerakan pemberontakan. Tercatat misalnya, pada tahun 532 M sekitar 1.300 warga Konstantinopel menjadi korban sebuah huru-hara berdarah. Bahkan upaya penguasa untuk meredam gejolak dan huru-hara ini pun sangat berlebihan dan tidak beradab.

     Sementara itu, di Mesir kekaisaran Bizantium tengah mengalami krisis multidimensi. Terjadi pemaksaan agama, kediktatoran penguasa, dan kesewenang-wenangan pemerintah. Ironisnya, kemiskinan turut membelit mereka. Pasalnya, kendati saat itu kambing-kambing mereka dapat menghasilkan susu dengan baik, mereka kesulitan untuk memberi makan. Disebutkan bahwa penduduk Mesir tidak ada yang selamat dari bencana ini, kecuali mereka yang memeluk Islam. Hal ini bahkan diakui oleh salah satu penganut Kristen sendiri, yaitu Gustav Le Bon.

     Kondisi serupa menimpa umat Kristen di wilayah Suriah. Di tengah-tengah mereka merebak rupa-rupa kezaliman. Sampai-sampai, tidak sedikit masyarakat Suriah yang terpaksa harus menjual anak-anak mereka untuk menjadi budak demi menutup utang.

     Demikian pula halnya dengan masyarakat Kristen Eropa Barat dan Utara. Saat itu mereka senantiasa hidup di tengah gejolak peperangan, perseteruan, kejahiliyyahan, dan ekstrimisme beragama. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah berkembangnya perdebatan Jahiliyyah terkait dengan upaya mendiskreditkan perempuan. Sebagai missal, saat itu berkembang pertanyaan berikut: apakah perempuan termasuk jenis binatang atau manusia? Apakah mereka memiliki ruh yang abadi atau tidak? Apakah perempuan juga memiliki hak memiliki, menjual, dan membeli?





▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

0 komentar:

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf