بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Rasulullah bersabda, “Jangan
wahai Umar, aku tidak akan merusak tubuh seseorang karena nanti Allah akan
merusak tubuhku walaupun aku ini seorang Nabi.”
Kemudian Rasulullah menarik Umar ke
dekatnya, lalu bersabda, “Wahai Umar, mudah-mudahan esok
pendirian Suhail akan berubah menjadi seperti yang kamu sukai.”
Ketika pengabaran dari Rasulullah tersebut
menjadi kenyataan, Suhail bin Amr yang sebelumnya ahli pidato tersohor bagi
Quraisy itu beralih menjadi pidato ulung bagi Islam. Ia berubah dari seorang
musyrik yang fanatic menjadi seorang Mukmin yang taat. Kedua matanya tidak
pernah kering dari air mata disebabkan takutnya kepada Allah. Ia, yang
sebelumnya merupakan salah seorang pemuka dan panglima Quraisy itu, berganti
haluan menjadi prajurit yang tangguh di jalan Islam; seorang prajurit yang
telah berjanji terhadap dirinya akan selalu ikut berjihad dan berperang sampai
mati dalam peperangan dengan harap Allah akan mengampuni semua dosanya di masa
lalu.
Siapakah sebenarnya orang musyrik keras
kepala yang kemudian menjadi seorang Muslim yang bertakwa dan akhirnya gugur
syahid itu?
Itulah dia Suhail bin Amr, salah seorang
pemimpin Quraisy yang dibela serta termasuk orang pintar yang cerdas dan
dipercaya pendapatnya. Dialah yang diutus oleh kaum Quraisy untuk meyakinkan
Rasulullah agar membatalkan rencananya memasuki Mekkah pada waktu peristiwa
Hudaibiyah.
Pada akhir tahun 6 H, Rasulullah bersama
para shahabatnya mengadakan perjalanan ke Mekkah dengan tujuan berziarah ke
Baitullah dan melakukan umrah, bukan hendak berperang, dan mereka juga tidak
mengadakan persiapan untuk peperangan. Keberangkatan mereka ini diketahui oleh
Quraisy, sehingga mereka keluar untuk menghalangi jalan kaum Muslimin dan
membatalkan niat mereka. Suasana pun menjadi tegang dan hati kaum Muslimin
berdebar-debar. Rasulullah bersabda kepada para shahabatnya, “Jika
pada waktu ini Quraisy mengajak kita untuk mengambil langkah ke arah pertalian
silaturahmi, aku pasti mengabulkan.”
Quraisy pun mengirim utusan demi utusan
kepada Rasulullah. Beliau selalu memberitahukan kepada mereka bahwa beliau
datang tidak untuk berperang, tetapi hanyalah untuk mengunjungi Baitul Haram
dan menjunjung tinggi kesuciannya. Setiap utusan Quraisy kembali tanpa hasil,
mereka mengirim lagi utusan yang lebih bijak dan lebih disegani, hingga sampai
pada giliran Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafi.
Ia merupakan tokoh Quraisy yang paling
kuat dan brilian. Menurut anggapan Quraisy, ia akan mampu meyakinkan Rasulullah
untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, tidak lama setelah itu, Urwah kembali
lagi dan berkata kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy, aku ini pernah
berkunjung kepada Kaisar, Kisra, dan Najasyi di istana mereka masing-masing.
Namun, demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang raja yang dihormati oleh
rakyatnya seperti halnya Muhammad dihormati oleh para shahabatnya. Aku melihat
di sekelilingnya suatu kaum yang sekali-kali tidak akan rela membiarkannya
mendapat cedera selamanya. Karena itu, pertimbangkanlah apa yang hendak kalian
lakukan.”
Saat itulah orang-orang Quraisy bahwa
usaha mereka tidak akan berhasil. Mereka akhirnya memutuskan untuk menempuh
jalan perundingan dan perdamaian. Untuk melaksanakan tugas ini, mereka memilih
pemimpin mereka yang tepat, yang tiada lain adalah Suhail bin Amr. Kaum
Muslimin melihat Suhail saat ia datang dan mereka langsung mengenal siapa dia.
Kedatangannya itu membuat kaum Muslimin memahami bahwa orang-orang Quraisy
akhirnya berusaha untuk berdamai dan mencapai kesepakatan karena yang mereka
utus ialah Suhail bin Amr.
Suhail duduk berhadapan dengan Rasulullah
dan terjadilah perundingan yang berlangsung lama di antara mereka dan berakhir
dengan tercapainya nota kesepakatan damai. Dalam perundingan ini Suhail
berusaha mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi Quraisy. Hal ini
dipermudah oleh toleransi luhur dan mulia dari Rasulullah yang berlangsung saat
negosiasi dalam perdamaian tersebut.
Hari terus bergulir hingga tibalah tahun 8
H. Rasulullah bersama kaum Muslimin berangkat untuk membebaskan Mekkah, yaitu
setelah Quraisy melanggar perjanjian dan ikrar mereka dengan Rasulullah, serta
orang-orang Muhajirin pun kembali ke kampung halaman mereka setelah mereka dulu
diusir secara paksa. Mereka kembali bersama orang-orang Anshar, yang dahulu
telah membawa mereka berlindung di Madinah dan mengutamakan mereka daripada
diri sendiri. Islam kembali secara keseluruhannya dan mengibarkan panji-panji
kemenangannya di angkasa luas. Mekkah pun membukakan semua pintunya.
Orang-orang musyrik hanya bisa berdiri
tanpa bisa berbuat apa-apa. Menurut anda, apakah nasib yang akan dialami oleh
mereka sekarang ini? Apa gerangan yang akan diterima oleh orang-orang yang
telah menyalahgunakan kekuatan mereka selama ini terhadap kaum Muslimin dengan
melakukan pembunuhan, pembakaran, penyiksaan, dan membuat kelaparan?
Rasulullah yang sangat pengasih itu tidak
akan membiarkan mereka terlalu lama di bawah tekanan perasaan yang sangat pahit
dan getir ini. Dengan dada yang lapang dan sikap yang lunak dan lembut, beliau
menghadapkan wajah kepada mereka sambil bersabda dengan getaran dan irama suara
bagai siraman air kasih sayang berkumandang di telinga mereka, “Wahai
kaum Quraisy, menurut kalian apakah yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Mendengar itu, sosok yang sebelumnya
menjadi musuh Islam, Suhail bin Amr maju memberikan jawaban, “Kami
yakin engkau akan berbuat baik karena engkau adalah saudara kami yang mulia,
putra saudara kami yang mulia.”
Sebuah senyuman bagaikan cahaya,
tersungging di kedua bibir Rasulullah kekasih Allah itu, lalu bersabda, “Pergilah
kalian karena kalian semua bebas.”
Kata-kata Rasulullah yang baru saja
memperoleh kemenangan ini semestinya tidak akan diterima begitu saja oleh orang
yang masih mempunyai perasaan, kecuali dengan hati yang telah menjadi peleburan
dan perpaduan antara rasa malu, ketundukan, dan penyesalan.
Pada saat itu juga, suasana yang penuh
dengan keagungan dan kebesaran ini telah membangkitkan semua kesadaran Suhail
bin Amr, yang menyebabkannya menyerahkan dirinya kepada Allah pemelihara
semesta alam. Keislamannya itu bukanlah keislaman seorang lelaki yang menderita
kekalahan lalu menyerahkan dirinya kepada takdir saat itu juga, melainkan—sebagaimana
akan dibuktikan sebentar lagi—keislaman seseorang yang terpikat dan terpesona
oleh kebesaran Rasulullah Muhammad dan kebesaran agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad sesuai dengan ajarannya serta memikul bendera dan panji-panjinya
dengan loyalitas yang agung.
Orang-orang yang masuk Islam pada hari
pembebasan kota Mekkah itu disebut Ath-Thulaqa’, yakni orang-orang yang berpindah dari kemusyrikan kepada Islam
karena pengaruh pemaafan Rasulullah ketika beliau bersabda, “Pergilah
kalian karena kalian semua bebas.” Tetapi,
beberapa orang yang masuk Islam karena mendapatkan kebebasan ini, ketulusan
hati, kebulatan tekad, pengorbanan yang tinggi, dan ibadah mereka dengan hati
yang suci mengantarkan mereka ke dalam barisan pertama para shahabat Nabi yang
berbakti. Di antara mereka itu ialah Suhail bin Amr.
Agama Islam telah menempa ulang dirinya, mencetak semua bakat dan
kecenderungannya dengan menambahkan yang lainnya, lalu semua itu dipacunya
untuk menegakkan kebenaran, kebaikan, dan keimanan. Orang-orang melukiskan
sifatnya dalam beberapa kalimat, “Pemaaf, pemurah, banyak shalat, puasa,
bersedekah, membaca Al-Qur’an, dan menangis disebabkan takut kepada Allah.”
Itulah keagungan besar Suhail bin Amr. Walaupun ia menganut Islam pada
hari pembebasan dan bukan sebelumnya, kita melihat keislaman dan keimanannya itu
dapat memelejitkan dirinya semakin tinggi hingga dapat menguasai keseluruhan
dirinya dan mengubahnya menjadi seorang ahli ibadah dan zuhud, selain sebagai
mujahid di jalan Allah.
Ketika Rasulullah berpulang ke ‘Ar-Rafiqul
Al-A’la’, saat berita itu sampai ke Mekkah
yang pada waktu itu Suhail memang bermukim di sana, kaum Muslimin yang berada
di sana sangat kaget dan seolah-olah tidak percaya seperti yang terjadi pada
saudara-saudara mereka di Madinah. Keresahan kaum Muslimin di Madinah ketika
itu dapat dilenyapkan oleh Abu Bakar dengan kata-katanya yang tegas, “Barang
siapa yang menyembah Nabi Muhammad, sesungguhnya Nabi Muhammad telah wafat. Dan
barang siapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah tetap hidup dan tidak akan
mati untuk selama-lamanya.”
Ternyata, kita juga dibuat kagum oleh Suhail yang tampil di Mekkah,
melakukan seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar di Madinah. Ia mengumpulkan
seluruh penduduk, lalu berdiri untuk menyampaikan kata-kata yang memukau
mereka. Ia mengatakan bahwa Muhammad itu benar-benar utusan Allah dan bahwa ia
tidak wafat sebelum menyampaikan amanah dan melaksanakan tugas kerasulan.
Sekarang tugas orang-orang beriman adalah meneruskan perjalanan dengan menempuh
jalan yang telah ditunjukkan oleh beliau.
Dengan sikap, kata-kata bijak, dan keimanan kokoh yang ditunjukkan oleh
Suhail ini, fitnah yang hampir saja menumbangkan keimanan sebagian manusia di
Mekkah ketika mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah dapat dihindari.
Dengan peristiwa pada hari tersebut dan juga lainnya, nyatalah sudah pengabaran
Rasulullah sebelumnya. Bukankah beliau pernah bersabda kepada Umar ketika Umar
meminta izin untuk mencabut gigi seri Suhail ketika menjadi tawanan di Perang
Badar, “Biarkan saja, mungkin suatu saat nanti ia akan
membuatmu senang.”
Pada hari itulah, dan ketika kaum Muslimin di Madinah mendengar sikap
yang ditunjukkan oleh Suhail di Mekkah serta pidatonya yang mengagumkan sebagai
bukti kekokohan iman dalam hati, Umar bin Al-Khattab teringat pengabaran
Rasulullah. Ia tetawa lama karena ternyata hari yang dikabarkan Islam akan
memperoleh manfaat dari gigi seri Suhail itu telah tiba, yang sedianya akan
dicabut dan akan dirontokkannya.
Saat Suhail masuk Islam pada hari pembebasan Mekkah dan setelah ia
merasakan manisnya iman, ia berjanji terhadap dirinya yang dimaksudnya dapat
disimpulkan pada kalimat-kalimat berikut ini, “Demi Allah,
sikap apa saja yang pernah aku tunjukkan kepada orang-orang musyrik, aku pasti
akan membalasnya dengan sikap yang menguntungkan kaum Muslimin. Dan setiap aku
memberikan dana kepada orang-orang musyrik, aku pasti akan memberikannya
seperti itu kepada kaum Muslimin. Semoga semua perbuatanku belakangan ini dapat
mengimbangi segala perbuatanku pada masa lalu.”
Sebelum masuk Islam, ia tekun berdiri di depan berhala-berhala,
sedangkan sekarang ia berbuat lebih dari itu dengan berdiri di hadapan Allah
Yang Maha Esa bersama orang-orang beriman. Itulah sebabnya ia senantiasa tekun
shalat dan puasa. Segala macam ibadah yang dapat menyucikan jiwa dan
mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Tinggi, ia pasti melakukannya dengan
sebanyak-banyaknya.
Pada masa lalu ia berdiri bersama orang-orang musyrik di banyak medan
pertempuran melawan Islam, sedangkan sekarang ia tampil di barisan Islam
sebagai prajurit yang gagah berani. Ia bersama para pembela kebenaran berjihad
untuk memadamkan perapian yang disembah oleh orang-orang Persia. Ia bersama
kaum Muslimin lainnya membebaskan rakyat Persia dari perbudakan oleh kaisarnya
dan melenyapkan kegelapan dan kezaliman Romawi. Suhail selalu menyebarkan
kalimat tauhid dan takwa ke setiap penjuru.
Ia ikut berangkat ke Syria bersama tentara Islam dalam
peperangan-peperangan di sana. Ia juga tidak ketinggalan dalam pertempuran
Yarmuk saat kaum Muslimin menerjuni pertarungan yang terdahsyat dan paling
sengit yang pernah mereka alami. Hatinya bagaikan terbang kegirangan karena
mendapatkan kesempatan yang sangat baik ini, guna menebus kemusyrikan dan semua
kesalahannya pada masa jahiliyah dengan jiwa raganya.
Suhail adalah seorang yang sangat mencintai Mekkah kampung halamannya
hingga tidak peduli terhadap dirinya. Walaupun demikian, ia tidak ingin kembali
ke sana setelah kemenangan kaum Muslimin di Syria. Ia berkata, “Saya
pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Kedudukan salah
seorang dari kalian di jalan Allah sesaat saja itu lebih baik baginya daripada
amalnya sepanjang usia.’ Karena itu, aku akan berjuang di jalan Allah sampai
mati dan tidak akan kembali ke Mekkah.”
Suhail memenuhi janjinya ini. Ia tetap berjuang di medan perang
sepanjang hayatnya, hingga tiba saat perjalanan abadinya. Rohnya terbang cepat
untuk mendapatkan rahmat dan ridha Allah.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
0 komentar:
Posting Komentar