بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Kemudian Rasulullah hijrah ke Madinah,
yang sebelumnya telah didahului oleh orang-orang beriman dari Mekkah menuju ke
sana. Sejak saat itu, peperangan demi peperangan silih berganti akibat benturan
antara kekuatan kebaikan dan cahaya di satu pihak dan kekuatan keburukan dan
kegelapan. Dalam setiap peperangan itu, Abbad bin Bisyr berada di barisan
terdepan, berjihad di jalan Allah dengan gagah berani dan mati-matian, dengan
cara yang menakjubkan dari orang yang berakal. Mudah-mudahan peristiwa yang
penulis sampaikan di bawah ini dapat mengungkapkan sekelumit kepahlawanan
Mukmin yang agung ini.
Setelah Rasulullah dan kaum Muslimin
selesai menghadapi Perang Dzatur Riqa’, mereka sampai di suatu tempat dan bermalam
di sana, Rasulullah memilih beberapa orang shahabat untuk menjaga beliau secara
bergiliran. Di antara mereka yang terpilih ialah Ammar bin Yasir dan Abbad bin
Bisyr yang berada pada satu kelompok.
Karena Abbad melihat Ammar sedang
kelelahan, ia menyuruh Ammar agar tidur terlebih dahulu pada awal malam,
sedangkan ia akan berjaga terlebih dahulu. Bila Ammar telah cukup istirahat,
Ammar akan menggantikannya berjaga. Abbad melihat bahwa lingkungan di
sekelilingnya aman. Ia berpikir, mengapa tidak mengisi waktunya dengan
melakukan shalat, hingga pahala yang akan diperoleh akan berlipat? Ia pun
bangkit menunaikan shalat malam.
Saat ia sedang berdiri membaca sebuah
surat dari Al-Qur’an setelah Al-Fatihah, tiba-tiba sebuah anak panah menancap
di pangkal lengannya. Ia mencabut anak panah itu dan tetap meneruskan
shalatnya. Tidak lama setelah itu, sebuah anak panah kembali melukai tubuhnya
dalam kegelapan malam itu. Ia mencabutnya dan mengakhiri bacaannya.
Setelah itu ia rukuk dan sujud, sedangkan
tenaganya telah lemah karena menahan rasa sakit dan kelelahan. Saat sujud, ia
mengulurkan tangannya ke kawannya yang sedang tidur di sampingnya dan
menarik-nariknya hingga terbangun. Ia bangkit dari sujudnya dan membaca
tasyahud, lalu menyelesaikan shalat.
Ammar terbangun saat mendengar suara kawannya yang terputus-putus
menahan rasa sakit, “Gantikanlah aku berjaga karena aku
terluka.” Ammar langsung
melompat dari tidurnya hingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan yang membuat
takut musuh yang menyelinap. Mereka melarikan diri, sedangkan Ammar menghampiri
Abbad seraya berkata, “Maha Suci Allah! Mengapa saya tidak
dibangunkan ketika kamu dipanah yang pertama kali?”
Abbad menjawab, “Ketika
aku sedang shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang sangat
mengharukan hatiku, sehingga aku tidak ingin memutuskan bacaannya. Demi Allah,
kalau bukan karena takut menyia-nyiakan pos yang ditugaskan Rasulullah kepada
kita, sungguh aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang
sedang kubaca.”
Abbad sangat loyal dan cinta kepada Allah,
Rasulullah, dan agamanya. Kecintaannya itu memenuhi segenap perasaan dan
seluruh kehidupannya. Sejak Nabi berpidato dan mengarahkan pembicaraannya
kepada kaum Anshar, ia termasuk salah seorang di antara mereka. Sabda beliau
itu ialah, “Wahai golongan Anshar, kalian adalah
orang-orang khusus, sedangkan golongan lain adalah masyarakat umum. Jadi, tidak
mungkin aku dilukai oleh pihak kalian.”
Sejak saat itu, yakni setelah Abbad
mendengar ucapan ini dari Rasulullah, dari guru dan pembimbingnya kepada Allah,
ia rela menyerahkan harta benda nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan
Rasulullah. Karena itulah, kita menemukan dia di arena pengorbanan dan di medan
laga muncul sebagai orang pertama. Sebaliknya, di waktu pembagian keuntungan
dan harta rampasan, ia sulit ditemukan.
Ia selalu rajin beribadah yang tenggelam
dalam kekhusyukannya. Ia seorang pahlawan yang gigih dalam berjuang. Ia seorang
dermawan yang sibuk dengan kemurahan hatinya. Ia seorang Mukmin sejati yang
telah membaktikan kehidupannya untuk keimanan.
Ummul Mukminin Aisyah pernah berkomentar
tentang dirinya, “Ada tiga orang Anshar yang
keutamaannya tidak dapat ditandingi oleh seorang pun, yaitu Sa’ad bin Mu’adz,
Usaid bin Al-Hudhair, dan Abbad bin Bisyr.”
Orang-orang Islam angkatan pertama
mengetahui bahwa Abbad seorang tokoh yang selalu disertai cahaya dari Allah.
Pandangan hatinya tajam dan bercahaya. Ia dapat mengetahui tempat-tempat yang
baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah-payah. Bahkan, kepercayaan
para shahabatnya mengenai cahaya yang menyertainya itu sampai pada batas yang
membuat mereka bisa melihatnya dengan indera dan berubah dalam wujud materi.
Mereka sepakat bahwa bila Abbad berjalan pada kegelapan malam, ia memancarkan
berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi jalan yang akan dilaluinya.
Dalam peperangan menghadapi orang-orang
murtad sepeninggal Rasulullah, Abbad memikul tanggung jawab dengan keberanian
yang tidak ada taranya. Dalam Pertempuran Yamamah di mana kaum Muslimin
menghadapi bala tentara yang paling kejam dan paling berpengalaman di bawah
pimpinan Musailamah Al-Kadzab, Abbad melihat bahaya besar yang mengancam Islam.
Semangat pengorbanan dan kepahlawanannya menunjukkan peran sesuai dengan tugas
yang dibebankan oleh keimanannya dan meningkatkan ke taraf yang sejajar dengan
kesadarannya terhadap bahaya tersebut. Ia bertarung sebagai prajurit yang
berani mati yang tidak memiliki keinginan selain gugur syahid.
Sehari sebelum Pertempuran Yamamah dimulai,
Abbad mengalami suatu mimpi yang tidak lama setelah itu takwilnya diketahui
secara gamblang dan terjadi di arena pertempuran sengit yang diterjuni oleh
kaum Muslimin. Marilah kita panggil seorang shahabat mulia, Abu Sa’id
Al-Khudri, untuk menceritakan mimpi yang dilihat oleh Abbad tersebut beserta
takwilnya, termasuk sepak terjangnya yang mengagumkan dalam pertempuran yang
berakhir dengan kesyahidannya itu.
Abu Sa’id menuturkan, “Abbad
bin Bisyr mengatakan kepadaku, ‘Wahai Abu Sa’id,
semalam aku bermimpi melihat langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi.
Aku yakin bahwa takwilnya—insya Allah—aku akan menemui kesyahidan.’ Aku
menjawab, ‘Demi Allah, itu adalah mimpi yang baik.’
Aku melihatnya pada waktu Perang Yamamah berseru kepada orang-orang
Anshar, ‘Pecahkan sarung pedang kalian dan tunjukkan
kelebihan kalian.’ Ia langsung menyerbu bersama 400 orang yang semuanya
berasal dari golongan Anshar hingga sampailah mereka ke pintu kebun, lalu
bertempur dengan gagah berani.
Ketika itu Abbad menemui kesyahidan. Semoga Allah menyayanginya. Aku
melihat wajahnya penuh dengan bekas sabetan pedang, dan aku hanya mengenalinya
dengan melihat tanda yang terdapat pada tunuhnya.”
Demikianlah, Abbad menempati peringkat
atas dalam memenuhi kewajibannya sebagai seorang Mukmin dari golongan Anshar,
yang telah berbaiat kepada Rasulullah untuk membaktikan hidupnya bagi Allah dan
gugur syahid di jalan-Nya.
Ketika pada awal pertempuran ia melihat
angin kemenangan berpihak kepada musuh, ia segera teringat wasiat Rasulullah
terhadap kaumnya golongan Anshar, “Kalian adalah orang-orang khusus,
sehingga tidak mungkin aku dilukai oleh pihak kalian.”
Ucapan itu memenuhi rongga dada dan
hatinya, hingga seolah-olah sekarang ini Rasulullah masih berdiri, mengulang
kata-kata tersebut. Abbad merasa bahwa seluruh tanggung jawab peperangan itu
hanya berada di atas bahu golongan Anshar semata atau di atas bahu mereka
sebelum golongan lainnya. Karena itu, ia naik ke atas sebuah bukit lalu
berseru, “Wahai golongan Anshar, pecahkanlah sarung
pedang kalian. Tunjukkanlah keistimewaan kalian daripada orang lain.”
Ketika seruannya dipenuhi oleh 400 orang
pejuang, Abbad bersama Abu Dujanah dan Al-Bara’ bin Malik mengerahkan mereka ke
taman kebun maut, yaitu taman yang digunakan oleh Musailamah sebagai benteng
pertahanan. Pahlawan besar itu pun berjuang sebagaimana layaknya seorang
lelaki, seorang Mukmin, dan seorang Anshar.
Pada hari yang mulia itu, Abbad pergi
menemui kesyahidannya. Ternyata benar apa yang dilihatnya dalam mimpi tadi
malam. Bukankah ia melihat langit yang terbuka, kemudian setelah ia masuk ke
celahnya yang terbuka itu dan tiba-tiba langit menyatu dan tertutup kembali?
Mimpi itu ditakwilkannya bahwa pertempuran yang akan terjadi rohnya akan naik
ke haribaan Penciptanya.
Mimpi itu benar dan penakwilannya juga
benar. Pintu-pintu langit telah terbuka untuk menyambut roh Abbad bin Bisyr
dengan gembira, sebagai seorang tokoh yang selalu disertai cahaya dari Allah.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
0 komentar:
Posting Komentar