Selasa, 31 Desember 2013

Filled Under:

Tsabit bin Qais (Juru Bicara Rasulullah).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     Al-Hasan bin Tsabit adalah penyair Rasulullah dan Islam, sedangkan Tsabit adalah juru bicara Rasulullah dan Islam. Kalimat dan kata-kata yang keluar dari mulutnya kuat, padat, keras, tegas, dan memesona.

     Pada tahun kedatangan para utusan dari berbagai penjuru, utusan Bani Tamim pun tidak ketinggalan datang ke Madinah dan mengatakan kepada Rasulullah, “Kami datang untuk menunjukkan kebanggaan kami kepadamu, maka izinkanlah kepada penyair dan juru bicara kami untuk menyampaikannya.

     Rasulullah tersenyum, lalu bersabda, “Aku telah mengizinkan juru bicara kalian, silakan ia berbicara.

     Juru bicara mereka, Utharid bin Hajib berdiri dan mulai membangga-banggakan kelebihan kaumnya. Ketika pernyataannya telah selesai, Nabi bersabda kepada Tsabit bin Qais, “Berdirilah dan jawablah.

     Tsabit pun bangkit lalu berbicara, “Alhamdulillah. Segala yang ada di langit dan di bumi adalah ciptaan-Nya, da titah-Nya telah berlaku padanya. Ilmu-Nya meliputi kerajaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali dengan karunia-Nya. Kemudian dengan kehendak-Nya, Dia menjadikan kami sebagai imam dan memilih dari makhluk-Nya yang terbaik seorang utusan, yang paling mulia keturunannya, paling benar kata-katanya, dan paling utama kedudukannya. Kitab-Nya diturunkan kepadanya dan dipercayakan kepadanya di atas makhluk-Nya. Itu berarti ia adalah pilihan Allah dari yang ada di alam ini.

     Kemudian ia menyeru kepada manusia agar beriman kepada-Nya, sehingga orang-orang muhajirin dari kalangan kaum dan kerabatnya pun beriman. Mereka adalah orang-orang yang termulia keturunannya, dan yang paling baik amal perbuatannya. Setelah itu, kami orang-orang Anshar adalah yang pertama menyambut seruannya. Kami adalah pembela agama Allah dan pendukung Rasul-Nya.

     Tsabit ikut bergabung dalam Perang Uhud bersama Rasulullah dan peperangan-peperangan penting sesudah itu. Pengorbanannya menakjubkan, bahkan sangat menakjubkan. Dalam setiap peperangan menumpas orang-orang murtad, ia selalu berada di barisan terdepan, membawa bendera Anshar, dan menebaskan pedangnya yang tidak pernah tumpul dan tidak pernah berhenti.

     Di Perang Yamamah yang telah beberapa kali penulis bicarakan, Tsabit melihat terjadinya serangan mendadak yang dilancarkan oleh tentara Musailamah Al-Kadzab terhadap kaum Muslimin pada awal pertempuran. Karena itu, ia berteriak dengan suaranya yang keras memberikan peringatan, “Demi Allah, bukan begini caranya kami berperang bersama Rasulullah.

     Kemudian ia pergi ke tempat yang tidak terlalu jauh, dan beberapa saat kemudian ia kembali dalam kondisi badan layaknya mumi dan memakai kain kafan, lalu berteriak lagi, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlepas diri dari-Mu dari apa yang dibawa oleh mereka (yakni tentara Musailamah). Dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa yang dilakukan oleh mereka (yakni kaum Muslimin yang kendur semangatnya dalam peperangan).

     Saat itu juga, Salim (mantan budak Rasulullah), bergabung dengannya. Ia adalah pembawa bendera kaum muhajirin. Keduanya menggali lubang yang dalam untuk mereka berdua. Kemudian mereka masuk dan berdiri di dalamnya, lalu menimbun badan dengan pasir sampai menutupi setengah badan. Demikianlah mereka berdiri layaknya dua tonggak yang kokoh.

     Setengah badan mereka terbenam dalam pasir dan terpaku di dasar lubang, sedangkan setengah bagian atas dadanya, kening dan kedua lengan mereka siap menghadapi tentara penyembah berhala dan para pendusta. Mereka berdua senantiasa memukulkan pedang terhadap setiap tentara Musailamah yang mendekat, sampai akhirnya mereka berdua gugur syahid di tempat itu, dan sinar surya yang ada di dalam tubuh mereka ini telah tenggelam.

     Peristiwa syahidnya kedua pahlawan tersebut bagaikan pekikan dahsyat yang menghimbau kaum Muslimin agar segera kembali kepada kedudukan mereka hingga akhirnya mereka berhasil menghancurkan tentara Musailamah. Mereka tersungkur menutupi tanah bekas mereka berpijak.

     Tsabit bin Qais yang unggul sebagai orator dan tiada tanding sebagai prajurit itu memiliki jiwa yang ingin kembali kepada Allah dan hati yang khusyuk dan tenteram. Ia merupakan sosok Muslim yang paling takut dan malu kepada Allah, ketika turun ayat yang mulia:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
QS:Luqman | Ayat: 18

     Tsabit menutup pintu rumahnya dan duduk menangis. Ia tetap dalam keadaan seperti itu dalam beberapa lama, hingga beritanya sampai kepada Rasulullah. Akhirnya beliau memanggil dan menanyainya. Tsabit menjawab, “Wahai Rasulullah, aku ini menyukai pakaian yang indah dan alas kaki yang bagus. Aku takut bila karena itu aku menjadi orang yang congkak dan sombong.

     Nabi menanggapi jawabannya itu dengan tertawa tenang, “Engkau tidak termasuk ke dalam golongan mereka. Sebaliknya, engkau hidup dalam kebaikan, mati dalam kebaikan, dan engkau akan masuk surga.

     Ketika turun firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
QS:Al-Hujuraat | Ayat: 2

     Tsabit menutup pintu rumahnya dan terus menangis. Beliau mencarinya dan tidak menemukannya dan kemudian mengutus seseorang agar memanggilnya dan ia pun datang menemui beliau. Beliau menanyakan sebab ketidakhadirannya di masyarakat.

     Tsabit menjawab, “Aku ini orang bersuara keras dan pernah meninggikan suaraku lebih tinggi dari suaramu, wahai Rasulullah. Ini berari, amalku menjadi gugur dan aku termasuk penduduk neraka.

     Rasulullah menanggapinya, “Engkau tidaklah termasuk salah seorang di antara mereka, bahkan engkau hidup terpuji. Engkau akan berperang hingga gugur syahid, dan Allah akan memasukkanmu ke dalam surga!

     Masih ada satu peristiwa dalam kisah Tsabit ini, yang kadang-kadang tidak membuat nyaman orang-orang yang orientasi pikiran, perasaan, dan mimpi mereka hanya terfokus kepada dunia materi yang sempit, yang bisa mereka sentuh, lihat, dan cium. Meski demikian, peristiwa itu benar-benar terjadi dan bisa diinterpretasikan secara nyata dan mudah bagi setiap orang yang mampu menggunakan mata batin, di samping mempergunakan mata lahir.

     Setelah Tsabit menemui kesyahidan di medan pertempuran, seseorang yang baru saja masuk Islam melintasi di dekatnya dan melihat pada tubuh Tsabit masih ada baju besinya yang berharga. Menurut dugaannya, ia berhak mengambilnya untuk dirinya. Dan ia pun mengambilnya. Mari kita serahkan saja kepada perawi kisah tersebut agar menceritakannya kepada kita:

     “saat seorang lelaki sedang tidur nyenyak, ia bermimpi didatangi Tsabit di dalam tidurnya dan berkata kepadanya, ‘Aku hendak mewasiatkan kepadamu satu wasiat, tetapi jangan sampai engkau mengatakan bahwa ini hanya mimpi lalu kamu sia-siakan. Ketika aku gugur syahid, seorang Muslim melintas di dekatku, lalu mengambil baju besiku. Rumahnya sangat jauh dan kudanya selalu dalam ikatan tali kekangnya. Baju besi itu disimpan dan ditutupi sebuah periuk besar, dan periuk itu ditutupi pelana unta. Temuilah Khalid dan mintalah agar mengirimkan orang untuk mengambilnya. Dan bila engkau telah sampai di Madinah dan menghadap Khalifah Abu Bakar, katakanlah kepadanya bahwa aku mempunyai utang sekian banyaknya, dan aku berharap ia bersedia membayarnya’.

     Ketika lelaki itu terbangun dari tidurnya, ia menghadap kepada Khalid bin Al-Walid, lalu menceritakan mimpinya. Khalid pun mengutus seseorang untuk mencari dan mengambil baju besi itu, dan orang tersebut mampu menemukannya di tempat yang sama persis dengan apa yang digambarkan oleh Tsabit.

     Setelah kaum Muslimin kembali pulang ke Madinah, orang tersebut menceritakan mimpinya kepada Khalifah, beliau pun melaksanakan wasiat Tsabit. Satu-satunya wasiat dari seseorang yang telah meninggal ialah wasiatnya Tsabit bin Qais yang terlaksana dengan sempurna. Ternyata benar bahwa manusia itu memiliki rahasia yang besar. Allah berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
QS:Ali Imran | Ayat: 169




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

0 komentar:

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf