Rabu, 01 Januari 2014

Filled Under:

Salamah bin Al-Akwa’ (Prajurit Infantri yang Gagah Berani).

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

     Putranya, Iyas bermaksud menyimpulkan keutamaan ayahnya dalam suatu kalimat singkat, “Ayahku tidak pernah berdusta.” Untuk mendapatkan kedudukan tinggi di antara orang-orang saleh dan berbakti, cukuplah bagi seseorang dengan memiliki sifat ini. Salamah bin Al-Akwa’ telah memilikinya sehingga ia pantas mendapatkan keutamaan itu.

     Salamah merupakan salah satu pemanah ulung bangsa Arab yang tidak banyak jumlahnya. Ia juga tergolong petarung yang gagah berani, di samping memiliki sifat murah hati dan gemar berbuat kebajikan.ketika ia telah menyerahkan dirinya kepada Islam, ia benar-benar berserah diri secara jujur dan bertaubat. Islam menempanya dalam kekhusyukan ibadah yang agung.

     Salamah bin Al-Akwa’ termasuk tokoh Baiat Ridhwan. Pada tahun 6 H, ketika Rasulullah bersama para shahabat berangkat dari Madinah dengan tujuan berziarah ke Ka’bah dan dihalangi oleh oramg-orang Quraish, Rasulullah mengutus Utsman bin Affan untuk menyampaikan kepada mereka bahwa tujuan perjalanan beliau hanyalah untuk berziarah dan bukan untuk berperang.

     Saat menunggu kembalinya Utsman, tersiar berita bahwa ia telah dibunuh oleh orang-orang Quraish. Rasulullah lalu duduk di bawah naungan sebatang pohon menerima baiat dari shahabatnya seorang demi seorang untuk siap mati. Berkaitan dengan kisah ini, Salamah menuturkan, “Aku berbaiat kepada Rasulullah di bawah naungan pohon untuk siap mati, namun kemudian aku menyingkir.

     Ketika yang akan berbaiat tinggal sedikit, Rasulullah bertanya, ‘Wahai Salamah, mengapa engkau tidak ikut berbaiat?

     ‘Aku telah berbaiat, wahai Rasulullah.

     ‘Ulangilah kembali.

     Maka aku mengulangi baiat tersebut.

     Salamah telah memenuhi isi baiat itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan sebelum baiat itu, yakni sejak ia mengucapkan, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah”, ia pernah mengatakan, “Aku telah berperang bersama Rasulullah sebanyak tujuh kali dan bersama Zaid bin Haritsah sebanyak Sembilan kali.

     Salamah terkenal sebagai prajurit infanteri. Ia jago dalam memanah dan melemparkan tombak. Strategi perang yang ia terapkan mirip dengan strategi perang gerilya yang kita kenal sekarang ini. Jika musuh datang menyerang, ia menarik pasukannya mundur ke belakang. Tetapi, bila mereka kembali atau berhenti untuk beristirahat, ia menyerang mereka tanpa ampun.

     Dengan siasat seperti ini, ia seorang diri mampu menghalau kekuatan yang menyerang pinggiran Madinah di bawah pimpinan Uyainah bin Hishn Al-Fazari dalam suatu oerang yang disebut dengan Perang Dzu Qarad. Ia pergi membuntuti mereka seorang diri, lalu menghalangi dan menghalau mereka dari Madinah, hingga akhirnya Nabi menyusul dengan membawa bala bantuan yang terdiri dari sejumlah shahabat. Pada hari itu Rasulullah menyatakan kepada para shahabatnya, “Prajurit pejalan kaki kita yang terbaik ialah Salamah bin Al-Akwa’.

     Tidak pernah Salamah berhati kesal dan merasa kecewa kecuali ketika saudaranya yang bernama Amir bin Al-Akwa’ gugur dalam Perang Khaibar. Ketika itu Amir mengumandangkan syair dengan suara keras di hadapan tentara Islam:

Ya Allah, kalau bukan karena-Mu, kami tidak akan mendapat hidayah

Kami tidak akan bersedekan dan tidak pula shalat

Karena itu, turunkanlah ketenangan kepada kami

Teguhkanlah lelaki kami saat bertemu musuh.

     Dalam peperangan itu, Amir memukulkan pedangnya kepada salah seorang musyrik. Namun, pedang yang digenggamnya itu melayang dan terbalik hingga menghujam ke ubun-ubunnya yang menyebabkan kematiannya. Beberapa orang Islam berkata, “Kasihan Amir. Ia terhalang mendapatkan kesyahidan.

     Ketika itulah Salamah sangat kecewa. Ia menyangka seperti sangkaan para shahabatnya bahwa saudaranya itu tidak mendapatkan pahala jihad dan syahid karena ia telah bunuh diri tanpa sengaja. Namun, Rasulullah yang pengasih itu segera mendudukkan perkara di temoat ketika Salamah datang kepadanya dan berkata, “Wahai Rasulullah, benarkan pahala Amir gugur?

     Rasulullah menjawab, “Ia gugur sebagai mujahid dan mendapatkan dua pahala. Ia sekarang sedang berenang di sungai-sungai surga.

     Kedermawanan Salamah tidak bisa dilukiskan ketika ada yang meminta hartanya karena Allah. Bahkan, seandainya ada seseorang yang meminta hidupnya karena Allah, ia pasti memberikannya. Ia tidak akan ragu untuk menyerahkannya. Orang-orang telah mengetahui itu.

     Biasanya, bila seseorang ingin permintaannya berhasil, ia akan mengatakan kepadanya, “Aku memohon atas nama Allah.” Mengenai ini Salamah pernah berkata, “Jika bukan atas nama Allah, atas nama siapa lagi kita akan memberi?

     Ketika Utsman terbunuh, pejuang yang perkasa ini merasa bahwa api fitnah telah terkobar di kaum Muslimin. Salamah adalah seseorang yang menghabiskan usianya untuk berjuang bahu-membahu dengan saudara seagamanya. Ia tidak sudi berperang menghadapi saudara seagamanya. Benar, seorang tokoh yang mendapat pujian dari Rasulullah tentang keahliannya dalam memerangi orang-orang musyrik tidaklah pada tempatnya menggunakan keahlian itu untuk membunuh orang-orang beriman. Itulah sebabnya ia mengemasi barang-barangnya lalu pergi meninggalkan Madinah dan berangkat menuju ke Rabdah, yaitu kampung yang dipilih oleh Abu Dzar dulu sebagai tempat hijrah hingga akhir hayatnya.


     Di kampung inilah ia menghabiskan sisa hidupnya, hingga suatu hari di tahun 74 H, hatinya merasa rindu untuk berkunjung ke Madinah. Ia akhirnya berangkat untuk melepaskan kerinduannya itu. Ia tinggal di Madinah selama tiga hari. Dan pada hari ketiga ia pun wafat. Demikianlah, rupanya tanahnya yang tercinta dan lembut itu memanggilnya untuk merangkulnya ke dalam pelukannya dan memberikan naungan baginya bersama para shahabat yang diberkahi, para syuhada, dan orang-orang saleh.




▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

0 komentar:

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf