بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dengan demikian Habib merupakan orang
beriman angkatan lama, yang berarti keimanan telah menyatu ke dalam persendian
dan tulang sumsumnya. Sejak Nabi hijrah ke Madinah, ia selalu berada di samping
beliau dan tidak pernah ketinggalan dari satu pun peperangan ataupun melalaikan
suatu kewajiban.
Suatu hari, di selatan Jazirah Arab,
muncul dua pimpinan pembohong yang mengaku sebagai nabi dan menggiring manusia
ke dalam kesesatan. Salah seorang di antara mereka muncul di Sana’a, yaitu
Al-Aswad bin Ka’ab Al-Ansi, sedangkan orang kedua muncul di Yamamah, yaitu
Musailamah Al-Kadzab. Kedua penipu itu menghasut orang-orang yang mengikutinya
untuk memusuhi orang-orang beriman yang menyambut panggilan Allah dan Rasul-Nya
dari kalangan suku mereka, di samping untuk menolak para utusan Rasulullah dari
negeri mereka. Lebih dari itu semua, mereka menodai kenabian itu sendiri dan
membuat bencana serta kesesatan di muka bumi.
Suatu hari, tiba-tiba Rasulullah didatangi
oleh seorang utusan yang dikirim oleh Musailamah. Utusan itu membawa sepucuk
surat yang berisi:
“Dari
Musailamah utusan Allah kepada Muhammad Rasulullah, salam untukmu. Amma ba’d,
Ketahuilah bahwa aku telah diangkat sebagai serikatmu dalam hal ini,
sehingga kami mendapatkan separuh bumi, sedangkan separuhnya untuk kaum
Quraish. Namun, ternyata orang-orang Quraish melampaui batas.”
Rasulullah memanggil salah seorang
shahabat beliau yang merupakan juru tulis, lalu mendiktekan jawaban beliau
kepada Musailamah Al-Kadzab:
“Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad Rasulullah, kepada Musailamah si pembohong (Al-Kadzab). Salam
bagi orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba'd,
Ketahuilah bahwa bumi itu milik Allah, diwariskan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik itu akan
berada di pihak orang-orang yang bertakwa.”
Kalimat-kalimat Rasulullah itu laksana
cahaya fajar, yang membuka kedok bagi Bani Hanifah itu, yang mengira bahwa
kenabian itu tiada bedanya dengan kerajaan, sehingga ia menuntut separuh
wilayah bumi beserta penghuninya. Surat balasan Rasulullah itu dibawa langsung
oleh utusan Musailamah, yang ternyata justru bertambah sesat dan menyesatkan.
Penipu besar itu masih juga menyebarkan
kebohongan dan kepalsuannya, sementara hasutan dan penganiayaannya terhadap
orang-orang yang beriman kian meningkat. Rasulullah berpikir untuk mengirim
surat kepadanya agar menghentikan ketololannya.
Untuk mengantarkan surat kepada Musailamah
itu, pilihan Rasulullah jatuh kepada Habib bin Zaid. Habib melangkahkan kakinya
dengan cepat dan berbesar hati menerima tugas yang dipercayakan kepadanya oleh
Rasulullah serta menaruh harapan besar, sekiranya dada Musailamah terbuka lebar
untuk menerima kebenaran, hingga dirinya juga akan beroleh bagian pahala dan
ganjaran besar.
Utusan Rasulullah itu akhirnya sampai ke
tempat tujuan. Musailamah membuka surat itu. Walaupun isinya bagaikan cahaya
fajar, ia tidak mampu membacanya, bahkan silau baginya. Ia justru semakin
tenggelam dalam kesesatan.
Karena Musailamah itu tidak lebih dari
seorang penghasut dan pengaku-aku, sifat-sifatnya pun merupakan sifat-sifat
penghasut dan sifat-sirat pengaku-aku. Jadi, ia tidak memiliki sedikit pun
kejantanan, patriotism bangsa Arab, dan sifat ksatria, yang dapat mencegahnya
menumpahkan darah seorang utusan yang membawa suatu surat resmi; suatu
pekerjaan yang amat dihormati dan dipandang suci oleh bangsa Arab.
Posisi Islam yang merupakan agama yang
agung ini rupanya hendak menambahkan suatu mata pelajaran tentang kebesaran dan
kepahlawanan yang sedang dipresentasikan di hadapan seluruh umat manusia. Suatu
pelajaran baru yang kali ini judul dan guru besarnya adalah Habib bin Zaid.
Musailamah Al-Kadzab memanggil rayat dan
memanggil mereka untuk menghadiri suatu peristiwa di antara peristiwa-peristiwa
yang penting bagi mereka. Utusan Rasulullah, Habib bin Zaid, dengan bekas-bekas
siksaan dahsyat yang dilakukan padanya oleh orang-orang zalim itu, dibawa ke
depan dengan rencana mereka hendak menguji keberaniannya. Mereka akan
membuatnya menjadi loyo dan tidak berdaya, lalu menyerah kalah di hadapan orang
banyak.
Pada saat seperti itu, ia akan dipaksa
mengakui dan beriman kepada Musailamah Al-Kadzab di depan mereka. Dengan
demikian, penipu itu dapat menonjolkan mukjizat palsu di depan mata anak
buahnya yang tertipu.
Musailamah berkata kepada Habib, “Apakah
engkau mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah?”
“Benar, aku
mengakui bahwa Muhammad itu utusan Allah.”
Wajah Musailamah berubah merah dan berkata
lagi, “Apakah engkau juga mengakuiku sebagai utusan
Allah?”
“Aku tidak
pernah mendengar tentang itu,”
jawab Habib.
Wajah penipu itu yang tadinya berubah
merah itu kini berubah menjadi hitam legam karena gila dan murka. Siasatnya
telah gagal, dan tindakannya menyiksa utusan itu hanya percuma belaka, padahal
ia melakukan itu di hadapan orang banyak yang telah dipanggilnya untuk
berkumpul. Ia bagaikan menerima tamoaran hebat yang menjatuhkan wibawa dan
membenamkannya ke dalam lumpur.
Karena itulah, Musailamah bangkit laksana
seekor kerbau yang baru disembelih, lalu memanggil algojonya yang segera datang
dan menusuk tubuh Habib dengan ujung pedangnya. Kemudian kebuasannya berlanjut
dengan menyayat dan memotong-motong tubuh di setiap bagian anggota tubuh. Tidak
ada yang bisa dilakukan oleh pahlawan agung itu selain mengucapkan senandung
keislamannya, “Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Seandainya ketika itu Habib menyelamatkan
dirinya dengan berpura-pura mengikuti keinginan Musailamah, sedangkan hatinya
tetap tegar dalam keimanan, iman itu tidak akan berkurang sedikitpun dan
keislamannya tidak akan ternodai. Namun, sosok yang ikut bergabung dalam Baiat
Aqabah bersama ayah, bunda, saudara, dan bibinya itu tidak akan sudi merusak
prinsip dan kehidupannya selama ini dengan waktu yang singkat itu.
Selain itu, tidak ada kesempatan terbaik
untuk meraih kesuksesan hidup melebihi kesempatan istimewa yang melukiskan
seluruh kisah keimanan, ketabahan, keagungan, kepahlawanan, pengirbanan, dan
mencari kesyahidan di jalan petunjuk dan kebenaran, yang beraddalam puncak
kemanisannya, serta keberuntungan dan kemenangan yang peling menakjubkan.
Rasulullah mendengar beruta kesyahidan
utusannya yang mulia tersebut. Dengan hati tabah, beliau menyerahkan urusan itu
kepada putusan Allah. Karena, dengan cahaya Ilahi, beliau dapat melihat
kesudahan si pendusta, Musailamah itu, bahkan beliau bisa menyaksikan orang itu
dengan mata kepala.
Adapun Nusaibah bintu Ka’ab, ibunda Habib,
ia menggeretakkan giginya lama sekali, kemudian mengucapkan sumpah akan
menuntut bela kematian putranya dari Musailamah itu sendiri dan akan
menancapkan ujung tombak dan mata pedang ke tubuhnya yang keji itu sampai
tembus. Ruoanya takdir yang ketika itu memperhatikan kekecewaan, kesabaran, dan
ketabahannya, memperlihatkan ketakjuban besar terhadap wanita itu, dan pada
waktu itu juga memutuskan akan berdiri di sampingnya sampai ia dapat memenuhi
sumpahnya.
Tidak lama kemudian tibalah waktu terjadinya
peristiwa yang tetap diingat oleh sejarah, yaitu perang Yamamah, khalifah
Rasulullah (Abu Bakar), mengerahkan Islam menuju Yamamah tempat Musailamah
telah menyiapkan pasukan yang besar. Nusaibah ikut dalam tentara Islam itu dan
segera terjun ke dalam medan pertempuran. Tangan kanannya memegang pedang,
sedangkan tangan kirinya menggenggam tombak, sementara lisannya tiada hentinya
mengucapkan, “Di manakah Musailamah, musuh Allah
itu?”
Ketika musailamah telah tewas dan para
pengikutnya berguguran bagaikan kapas yang beterbangan, sedangkan bendera dan
panji-panji Islam berkibar dengan megahnya, di tubuh Nusaibah yang mulia dan
kuat itu dipenuhi oleh luka-luka bekas tebasan pedang dan tusukan tombak. Ia
berdiri mencari-cari wajah putranya tercinta, Habib, yang telah lebih dahulu
gugur syahid dan ia mendapatinya telah memenuhi ruang dan waktu. Setiap
Nusaibah mengarahkan pandangan ke setiap panji-panji yang sedang berkibar
dengan megah dan jaya itu, di sana ia melihat wajah putranya sedang tersenyum
ceria, penuh kemenangan dan kebanggaan.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
0 komentar:
Posting Komentar