Selasa, 17 Desember 2013

Kondisi Bangsa India saat Muhammad Diutus.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

a.   Kondisi keagamaan

     Ajaran keagamaan yang berkembang di India saat itu adalah ajaran Brahmana. Para penganutnya melakukan penyembahan terhadap berbagai bentuk kekuatan pengatur alam semesta yang mereka jelmakan sebagai bermacam-macam bentuk patung. Mereka yakin bahwa kekuatan-kekuatan itu bisa merasuk ke dalam patung-patung yang mereka buat sehingga mereka pun menyembahnya. Pada awalnya, jumlah dewa atau tuhan kaum Brahmana ini sangat banyak. Kemudian, sejalan dengan waktu, para pengikut banyak mengubah dan mengganti ajaran-ajaran Brahmana, sampai akhirnya berkesimpulan bahwa dewa mereka hanya ada tiga: Brahmana, Siwa, Wisnu.

     Setelah sekian lama ajaran Brahmana dianut bangsa India, ajaran Budha muncul dan perlahan-lahan mulai menggantikan posisi ajaran Brahmana. Pada fase awal perkembangannya, ajaran Budha sama sekali belum menyentuh hal-hal yang berhubungan dengan kekuatan ghaib. Ia hanya focus pada upaya melakukan perbaikan social dengan cara mengajarkan pengekangan terhadap hawa nafsu dan pengendalian diri dari segala macam kenikmatan duniawi.

     Namun, dalam perjalanan selanjutnya, moralitas Budha lebih banyak diwarnai oleh pemikiran-pemikiran yang menyimoangkannya dari tujuan semula. Akibatnya, ajaran-ajaran Budha pun terhalang oleh khayalan-khayala idealis yang sulit dipraktekan. Walhasil, ajaran ini pun mengalami kemunduran seperti yang terjadi pada ajaran Brahmana. Sedikit demi sedikit, berbagai kebiasaan buruk mulai masuk ke dalam ajaran Budha. Bahkan tak lama setelah itu, antara ajaran Budha dan ajaran Brahmana semakin sulit dibedakan karena keduanya telah melebur menjadi satu.

     Sejak itu, kepercayaan atau agama pagan menyebar luas di tengah-tengah masyarakat India. Disebutkan bahwa kondisi ini menyebabkan munculnya tuhan-tuhan yang tak terhitung jumlahnya. Lucunya, tuhan-tuhan itu mereka ambil dari beraneka bentuk dan jenis, diantaranya: 1) para tokoh sejarah dan pahlawan yang mereka yakini telah dirasuki oleh tuhan; 2) gunung-gunung yang mereka yakini sebagai tempat bersemayamnya tuhan; 3) barang-barang perhiasan seperti emas dan perak yang mereka yakini sebagai perwujudan tuhan; 4) sungai-sungai seperti sungai Gangga; 5) peralatan perang; 6) bintang-bintang. Di antara bintang yang memiliki tingkat keagungan paling tinggi menurut mereka adalah sapi. Selain yang telah disebutkan, masih banyak tuhan lain yang mereka sembah, misalnya yang berbentuk bintang-bintang.


b.   Kondisi Sosial

     Para sejarawan sepakat bahwa fase paling kelam bagi bangsa India dalam sejarah agama, moralitas, dan kehidupan sosialnya terjadi pada awal abad ke-6 M. pada masa itu, India diliputi berbagai bentuk dan fenomena dekadensi moral yang menyelimuti nyaris semua sisi kehidupan. Ironisnya, dekadensi moral ini juga hidup di ruang-ruang peribadatan. Disebutkan bahwa di India pada saat itu ada sekelompok lelaki dari sebuah aliran keagamaan yang menyembah perempuan-perempuan telanjang. Sebaliknya, ada sebagian perempuan dari beberapa aliran keagamaan yang menyembah lelaki telanjang.

     Dalam bidang kehidupan social, kaum perempuan nyaris tak punya nilai dan tak memiliki kehormatan. Ada beberapa praktek kehidupan social yang mengindikasikan hal tersebut, di antaranya kebiasaan para suami mempertaruhkan istrinya di meja judi, dan berlaku aturan yang melarang seorang perempuan yang ditinggal mati suaminya untuk menikah lagi. Sementara itu, di kalangan bangsawan atau golongan kasta tertinggi, kaum perempuannya harus menjalani tradisi membakar diri hidup-hidup apabila suaminya meninggal. Itulah kaum perempuan di dalam masyarat India saat itu. Mereka lebih dari para budak yang bisa diperlakukan sesuka hati.

     Dalam konteks social, ajaran agama Hindu membagi masyarakat ke dalam empat kasta, yaitu:

1.      Brahmana atau Brahmin, para pendeta atau rohaniwan;
2.      Ksatria, para panglima perang;
3.      Waisya, para petani dan pedagang;
4.      Sudra, para pembantu atau orang-orang yang mengabdi pada ketiga kelompok di atas.

     Dalam pandangan ajaran ini, kasta keempat merupakan kumpulan orang-orang najis. Oleh karena itu, mereka tidak boleh digauli dan tidak diijinkan untuk belajar apapun, termasuk mempelajari kitab suci mereka.

     Adapun dalam bidang hukum, denda atau sanksi karena membunuh anjing, kucing, kodok, burung gagak, burung hantu, dan orang yang berasal dari tingkatan kasta terendah ini adalah sama. Dalam pada itu, golongan Brahmana memiliki kekebalan hukum. Mereka boleh membunuh orang sekehendaknya.

     Itulah fenomena dan keadaan dunia saat itu. Wilayah Arab maupun di luar Jazirah Arab dilanda dekadensi moral yang amat parah dan membutuhkan seorang utusan Allah. Oleh karena itu, Allah mengutus Muhammad sebagai utusan-Nya kepada seluruh manusia untuk mengentaskan mereka dari kehancuran dan kebobrokan, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya Allah.





▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
الحمد لله رب العالمين
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

0 komentar:

Copyright @ 2014 Rotibayn.

Design Dan Modifikasi SEO by Pendalaman Tokoh | SEOblogaf